Mindfulness in Relationship: Mengelola Ekspektasi dalam Hubungan

Tyas Ayu Anjani
Mahasiswi aktif S1 Psikologi Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. HAMKA dan mahasiswi pertukaran pelajar mata kuliah mindfulness Universitas Brawijaya
Konten dari Pengguna
29 November 2022 14:47 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Tyas Ayu Anjani tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Sumber gambar: Dokumen Pribadi
zoom-in-whitePerbesar
Sumber gambar: Dokumen Pribadi
ADVERTISEMENT
Ekspektasi dalam Relationship
Sebagai makhluk sosial tentunya kita perlu untuk membangun relasi antar individu maupun kelompok. Namun, yang harus kita sadari bahwa makin banyak kita menjalin relasi, maka akan makin banyak juga kesempatan kita untuk merasa sakit hati/terluka. Sebenarnya, yang menyebabkan diri kita merasa sakit hati adalah ekspektasi kita pada hubungan (relationship) tersebut.
ADVERTISEMENT
Memiliki ekspektasi dalam suatu relationship merupakan hal yang wajar, yang tidak wajar adalah ketika kita memaksakan ekspektasi yang kita miliki untuk terjadi. Tentunya hal tersebut dapat menyebabkan hubungan menjadi toxic dan tidak sehat, baik untuk diri kita ataupun pasangan (partner) dalam relationship yang kita jalani. Maka dari itu, sangat penting untuk dapat mengelola ekspektasi yang kita miliki terhadap suatu hubungan secara bijak.
Ekspektasi dalam Filosofi Mindfulness
Dikutip dari jurnal Yusainy, C. dkk. (2019), Mindfulness adalah atensi yang diberikan individu terhadap pengalamannya disertai penerimaan (acceptance) terhadap pengalaman tersebut (Hayes, Follette, & Linehan, 2004). Definisi mindfulness tersebut, melatarbelakangi alasan mengapa kita tidak boleh memaksakan ekspektasi dalam suatu relationship. Karena untuk menciptakan suatu relationship yang mindful, kita harus menyadari bahwa manusia merupakan makhluk dinamis, yang akan terus mengalami perkembangan dan perubahan seiring berjalannya waktu.
ADVERTISEMENT
Partner relationship, yang saat ini sangat mencintai kita dan sangat kita cintai, bukan tidak mungkin suatu hari akan menjadi sosok yang paling menyebalkan dalam hidup kita. Selain itu, mindfulness juga menuntut kita untuk menyadari bahwa perasaan-perasaan bahagia yang kita rasakan pada awal menjalin relationship, tidak akan bertahan selamanya.
Mindfulness juga mengharuskan kita untuk menyadari dan menerima bahwa dalam suatu relationship, akan tiba yang namanya fase perpisahan. Di mana ada pertemuan, pasti akan ada yang namanya perpisahan. Meninggalkan atau ditinggalkan merupakan suatu kepastian dan konsekuensi yang harus kita terima dalam suatu hubungan. Pada intinya, mindfulness menuntut kita untuk dapat berpikir realistis dalam menjalin relationship, di mana kita harus menyadari dan menerima bahwa segala sesuatu tidak akan bertahan selamanya.
ADVERTISEMENT
Dalam filosofis mindfulness, kita juga tidak boleh memberi label positif ataupun negatif kepada partner, bahkan kepada relationship itu sendiri. Ekspektasi hanya akan membuat kita penuh akan tuntutan, yang menyebabkan kita tidak pernah merasa puas atas kondisi partner dan relationship yang sedang kita jalani.
Sumber gambar: Dokumen Pribadi
Pentingnya Penerapan Mindfulness dalam Relationship
Penerapan mindfulness tentunya bertujuan untuk memperoleh manfaat-manfaat yang akan memberikan dampak positif dalam suatu relationship. Manfaat yang bisa kita peroleh dengan penerapan mindfulness di antaranya, yaitu:
ADVERTISEMENT
Tips Mengelola Ekspektasi dalam Relationship dengan Mengaplikasikan Mindfulness
Berikut ini adalah beberapa tips mengelola ekspektasi secara mindful dalam relationship, yaitu:
ADVERTISEMENT
Referensi
Yusainy, C. dkk. 2019. Mindfulness Sebagai Strategi Regulasi Emosi. Jurnal Psikologi 17(2):174. Diakses dari: https://doi.org/10.14710/jp.17.2.174-188