Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Pucat Pasi Terumbu Karang di Pulau Seribu
26 Juni 2024 14:22 WIB
·
waktu baca 7 menitTulisan dari Az-Zahra Afifa Adha Setiawan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Paras yang putih mungkin memang diidam-idamkan banyak orang karena standar kecantikan yang ada dan memberikan kesan cerah pada wajah. Tetapi bagi terumbu karang–khususnya di Kepulauan Seribu–hal tersebut justru merupakan kengerian yang menandai akhir dari kehidupan mereka. Bagaimana bisa?
ADVERTISEMENT
Terumbu karang adalah sekumpulan hewan karang yang bersimbiosis dengan sejenis tumbuhan alga yang disebut zooxanthellae. Hewan bertentakel dengan rangka-rangka raksasa ini hidup di perairan hangat dan bersih, di mana zooxanthellae memainkan peran penting dengan memberikan nutrisi bagi karang melalui fotosintesis.
Menurut Rahmawati, dkk., terumbu karang tersusun atas struktur besar yang terbentuk dari kalsium karbonat, yang dihasilkan terutama oleh karang dari kelas Anthozoa dan ordo Scleractinia. Selain karang, alga berkapur dan beberapa organisme lain juga berkontribusi dalam pembentukannya. Terumbu karang memainkan peran penting dalam berbagai siklus biologis, kimiawi, dan fisik di laut, serta berfungsi sebagai pelindung alami dari hempasan gelombang.
Kepulauan Seribu dan Keindahan Terumbu Karangnya
Dikutip dari laman Parangtritis Geomaritime Science Park, terumbu karang di Indonesia diperkirakan mencakup area seluas 75.000 km², atau sekitar 12% hingga 15% dari total terumbu karang dunia. Di perairan Indonesia, terdapat 362 spesies karang batu (Scleractinia) (Romimohtarto, 2001). Indonesia merupakan pusat persebaran global karang batu, menjadikannya destinasi wisata terumbu karang yang penting (Romimohtarto, 2001).
ADVERTISEMENT
Salah satu contoh kekayaan terumbu karang ini adalah di Kepulauan Seribu, sebuah gugusan yang terdiri dari sekitar 110 pulau kecil di utara Jakarta. Dengan tingkat populasinya yang mencapai 30,65% dari total populasi terumbu karang di Indonesia, terumbu karang Kepulauan Seribu mencakup berbagai jenis, termasuk terumbu tepi, penghalang, cincin, dan datar.
Selain menjadi benteng alami yang melindungi pulau-pulau ini dari erosi dan badai, terumbu karang juga mendukung ekosistem laut yang beragam. Mereka menyediakan habitat bagi berbagai spesies ikan karang dan biota laut lainnya, yang saling berinteraksi dan mendukung keanekaragaman hayati di kawasan tersebut.
Terumbu karang di Kepulauan Seribu berfungsi sebagai indikator kesehatan laut dan merupakan tempat penting untuk perlindungan dan pemijahan ikan-ikan karang. Secara ekonomi, terumbu karang ini memberikan manfaat besar bagi masyarakat setempat dengan menyediakan sumber bahan pangan dan pendapatan melalui aktivitas perikanan dan pariwisata.
ADVERTISEMENT
Selain itu, Kepulauan Seribu memiliki potensi pariwisata yang signifikan, dengan terumbu karang yang indah dan kaya, menjadikannya tujuan populer bagi wisatawan yang tertarik dengan kegiatan seperti snorkeling dan menyelam. Potensi ini menekankan pentingnya konservasi dan pengelolaan terumbu karang untuk menjaga keberlanjutan ekosistem dan mendukung kesejahteraan masyarakat lokal.
Penyebab Terjadinya Pemutihan Terumbu Karang
Terumbu karang di Indonesia secara keseluruhan memiliki tutupan yang baik atau sangat baik hanya sekitar 23% di bagian barat dan 45% di bagian timur (Burke dkk., 2002 dalam Soedharma dan Subhan, 2007). Di Kepulauan Seribu, pada tahun 2005, persentase penutupan karang mencapai 33,2% (Estradivari dkk., 2007). Pulau Pramuka, yang terletak di kawasan Taman Nasional Kepulauan Seribu dan merupakan bagian dari Kelurahan Pulau Panggang, memiliki sekitar 4.291 penduduk dengan luas 30,08 hektar, membuat ekosistem terumbu karangnya rentan terhadap kerusakan akibat aktivitas manusia.
ADVERTISEMENT
Rentannya ekosistem terumbu karang ini ditandai dengan pemutihan terumbu karang, atau biasa dikenal dengan coral bleaching. Dilansir dari Marine Conservation Australia, coral bleaching adalah proses ketika terumbu karang menjadi putih karena hilangnya alga simbiotik dan pigmen fotosintesis. Hilangnya pigmen ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti perubahan suhu, cahaya, atau nutrien. Bleaching terjadi ketika polip terumbu karang mengeluarkan zooxanthellae yang hidup di dalam jaringan mereka, sehingga terumbu karang menjadi putih.
Zooxanthellae adalah organisme yang fotosintetik, maka ketika suhu air naik, mereka mulai menghasilkan spesies oksigen yang reaktif. Hal ini berbahaya bagi terumbu karang, sehingga terumbu karang mengeluarkan zooxanthellae. Karena zooxanthellae menghasilkan sebagian besar warna terumbu karang, jaringan terumbu karang menjadi transparan ketika mereka dikeluarkan, dan menampakkan warna putih dari tulang kalsium karbonat. Banyak terumbu karang yang bleached tampak putih cerah, tetapi beberapa memiliki warna yang berbeda, warna-warna tersebut adalah biru, kuning, atau merah karena protein pigmen dalam terumbu karang.
ADVERTISEMENT
Dikutip dari Mongabay, Beginer Subhan, Coral Reef Expert dan Ketua Tim Peneliti Coral Bleaching ITK-FPIK, IPB University menjelaskan bahwa pemutihan karang juga ditemukan di beberapa pulau lainnya di Kepulauan Seribu, seperti Pulau Pari, Pulau Air, Pulau Panggang, Pulau Jukung, Pulau Kotok, dan Pulau Macan.
Terumbu karang di Kepulauan Seribu tidak hanya membentengi sekitar 105 pulau kecil yang membentuk gugusan ini, tetapi juga berfungsi sebagai indikator kesehatan laut dan habitat bagi berbagai biota laut, seperti pari manta, penyu, karang hias, hiu berjalan, dan hewan endemik lainnya. Kehadiran atau ketiadaan spesies ini menandakan kondisi terumbu karang.
Pemahaman masyarakat tentang pemutihan karang (bleaching) masih terbatas. Fenomena pemutihan ini terjadi akibat lapisan ozon yang menipis, yang menyebabkan peningkatan suhu dan tekanan termal. Kondisi ini mengganggu kemampuan zooxanthellae untuk berfotosintesis, menghasilkan senyawa kimia berbahaya yang merusak sel-sel dan menyebabkan karang berubah warna menjadi putih. Jika pemutihan berlangsung terlalu lama (lebih dari 10 minggu), polip karang bisa mati.
ADVERTISEMENT
Upaya Pemulihan dari Pemutihan Terumbu Karang
Kerusakan terumbu karang yang dapat menyebabkan kerugian ekologis ini tentu tidak membuat masyarakat yang terlibat dari berbagai lapisan tinggal diam. Banyak sekali upaya-upaya yang dilakukan oleh masyarakat dan pemerintah untuk merestorasi kondisi terumbu karang di Kepulauan Seribu agar kondisinya dapat membaik.
Transplantasi terumbu karang adalah salah satu upaya yang dapat dilakukan. Beberapa perusahaan bekerja sama dengan departemen pemerintah untuk konservasi atau organisasi konservasi seperti Smiling Coral Indonesia dan Suku Dinas Ketahanan Pangan, Kelautan, dan Pertanian (Sudin KPKP) Kepulauan Seribu melakukan transplantasi ratusan terumbu karang dan penanaman mangrove di Pulau Pramuka, Kepulauan Seribu.
Transplantasi ini bertujuan untuk memperkuat terumbu karang yang rusak dan memperluas area terumbu karang yang sehat. Selain itu, tim konservasi juga berupaya merehabilitasi terumbu karang di sejumlah titik di perairan kepulauan, termasuk di Pulau Pari, Pulau Gosong Pramuka, dan Karang Lebar.
ADVERTISEMENT
Upaya transplantasi terumbu karang ini juga menjadi salah satu objek wisata baru, yang memunculkan istilah ekowisata, yaitu kegiatan pariwisata sembari menjaga ekosistem laut. Banyak sekali wisatawan dan pegiat lingkungan yang mengikuti kegiatan transplantasi terumbu karang ini, para peserta Field Learning Experience (FLEx) Earth Optimism 2.0. for Access Indonesia misalnya.
Para pemuda-pemudi yang mengikuti kegiatan pembelajaran lapangan itu melakukan proses transplantasi terumbu karang ini pada bulan Juni 2023 lalu. Didampingi oleh Smiling Coral Indonesia, para peserta dengan antusias menanamkan karang pada rangka barunya menggunakan campuran semen. Proses ini harus dilakukan segera agar zooxanthellae yang terdapat dalam anakan karang yang ditanam tidak mati.
Selain transplantasi terumbu karang, upaya lain yang dilakukan untuk menyelamatkan terumbu karang di Kepulauan Seribu adalah rehabilitasi lokal. Tim yang terlibat dalam upaya konservasi bekerja keras merehabilitasi terumbu karang di sejumlah titik di perairan kepulauan ini. Pulau Pari, Pulau Gosong Pramuka, dan Karang Lebar menjadi fokus rehabilitasi.
ADVERTISEMENT
Tim tersebut akan melakukan pemantauan, membersihkan terumbu karang dari alga dan sampah, serta memperbaiki kerusakan fisik. Selain itu, mereka juga mengedukasi masyarakat setempat tentang pentingnya terumbu karang dan bagaimana menjaga keberagaman hayati di bawah permukaan laut.
Pemerintah yang diwakili Kementerian Kelautan dan Perikanan Indonesia pun ikut serta dalam upaya pemulihan ini, dengan membangun Coral Stock Center (CSC) di Pulau Lancang, Kepulauan Seribu. Pusat ini bertujuan untuk memfasilitasi pemulihan terumbu karang di wilayah tersebut. Di CSC, fragmen terumbu karang yang masih sehat dikumpulkan, ditempatkan di “nursery,” yaitu rangka buatan dari besi yang akan menstimulasi pertumbuhan karang, dan setelah cukup besar, karang akan ditanam kembali di lokasi asalnya atau di area yang membutuhkan pemulihan.
Keberhasilan Konservasi Pemutihan Terumbu Karang
Berbagai upaya pelestarian terumbu karang di Kepulauan Seribu telah menghasilkan beberapa dampak positif. Pertama, kesehatan terumbu karang mengalami peningkatan. Melalui transplantasi dan rehabilitasi, beberapa area terumbu karang yang sebelmnya rusak mulai pulih dan mendukung kehidupan laut. Kedua, kesadaran masyarakat tentang pentingnya terumbu karang semakin meningkat.
ADVERTISEMENT
Upaya edukasi dan partisipasi aktif dari masyarakat lokal serta para penyelam berkontribusi dalam menjaga dan memulihkan ekosistem ini. Ketiga, kerjasama lintas sektor antara pemerintah, organisasi konservasi, dan perusahaan swasta membantu mempercepat upaya pelestarian. Contohnya, Coral Stock Center (CSC) menjadi pusat koordinasi untuk pemulihan terumbu karang.
Terumbu karang, yang menjadi benteng ekosistem laut, menghadapi tantangan besar dari fenomena pemutihan yang menghancurkan. Meskipun kondisi ini memprihatinkan, upaya bersama antara pemerintah, masyarakat, dan berbagai organisasi konservasi menunjukkan bahwa pemulihan masih mungkin untuk dilakukan.
Keberhasilan transplantasi, rehabilitasi, dan edukasi publik di Kepulauan Seribu memberikan harapan bagi masa depan terumbu karang yang lebih cerah. Dengan kolaborasi yang terus berlanjut dan kesadaran yang meningkat, kita dapat melindungi dan memulihkan kekayaan terumbu karang Indonesia, menjadikannya tetap sebagai harta yang berharga bagi generasi mendatang.
ADVERTISEMENT
Ingat–putih tidak selalu aman!