Konten dari Pengguna

Belajar dari Negara Maju

Gloria Christinalie
Mahasiswi jurusan arsitektur Universitas Katolik Parahyangan.
18 Januari 2022 22:44 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-circle
more-vertical
Tulisan dari Gloria Christinalie tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Pandemi COVID-19 merupakan pandemi yang muncul di Indonesia pada awal bulan Januari 2020 akibat adanya virus korona. Karena adanya pandemi ini, muncul kebijakan-kebijakan baru pemerintah seperti PPKM (Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat), PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar), tetap di rumah atau stay at home. Dengan munculnya rutinitas-rutinitas baru ini, masyarakat banyak melakukan transaksi jual beli secara online. Dan dalam proses kegiatan jual beli online ini, tidak jarang ditemukannya penggunaan plastik yang berlebih. Mulai dari kantung plastik, selotip hingga bubble wrap digunakan demi menjaga keamanan produk. Belum lagi, imbauan untuk memakai masker dan menjaga kebersihan yang berperan cukup besar dalam peningkatan sampah plastik di lingkungan. Hal ini dikarenakan, masker mengandung biji plastik dan kemasan plastik banyak digunakan dalam rangka menjaga kebersihan suatu produk.
ADVERTISEMENT
Dengan munculnya fenomena-fenomena ini, muncul pertanyaan, “Apakah hanya Indonesia yang memiliki sampah plastik? Apa negara lain tidak punya?”. Dari sini, kita mengerti bahwa negara lain bukannya tidak memiliki sampah plastik, tetapi mereka punya cara yang efektif untuk mengatasinya. Oleh karena itu, bisa disimpulkan bahwa sampah plastik di Indonesia bisa dikurangi dengan meniru metode yang dilakukan negara-negara maju.
Melakukan Klasifikasi Sampah dengan Detail
Seperti Negeri Sakura, kita bisa menerapkan metode klasifikasi sampah untuk mengatasi permasalahan sampah plastik di Indonesia. Berdasarkan data yang dilansir oleh Badan Perencanaan, Penelitian dan Pengembangan Kabupaten Kendal, pengelolaan sampah di Tokyo dibagi menjadi empat, yaitu sampah plastik yang dapat didaur ulang, sampah plastik yang dapat dibakar, sampah yang tidak dapat dibakar, dan kelompok botol plastik, kaleng, dan kertas. Setiap jenis sampah memiliki penanganan yang berbeda-beda karena disesuaikan dengan jenisnya masing-masing. Dengan menggunakan metode ini, benar terjadi adanya pengurangan sampah yang cukup besar di Jepang. Oleh karena itu, cara ini merupakan salah satu cara yang bisa dipakai oleh Indonesia untuk mengatasi permasalahan sampah yang ada. Namun, dalam pelaksanaannya, ada hal penting yang harus selalu diingat yaitu konsistensi.
Ilustrasi klasifikasi sampah. Sumber: freepik.com
Menggunakan Pant System dan Mengubah Sampah Menjadi Energi
ADVERTISEMENT
Layaknya Negara Swedia, kita juga bisa menerapkan konsep yang kreatif, yaitu menerapkan pant system dan mengubah sampah menjadi energi. Dari pencarian di Google, pant system merupakan suatu bentuk penghargaan yang diberikan dalam bentuk uang bagi setiap masyarakat yang menyerahkan botol atau kaleng bekas ke bank sampah. Di dalam bank sampah, sampah akan dibakar dalam temperatur tinggi untuk menghasilkan energi listrik dan panas. Dengan menerapkan cara ini, sampah yang ada di bank sampah Swedia mengalami penurunan yang sangat drastis. Menurut saya, ini merupakan ide yang kreatif dalam mengatasi permasalahan sampah di Indonesia karena alih-alih mendapat kerugian, kita malah mendapat keuntungan.
Membuat Taman Bermain dari Sampah
Belajar dari Negara Hongkong dan Uganda, Indonesia juga dapat membangun taman bermain yang terbuat dari sampah. Sampah-sampah yang ada bisa dijadikan bahan utama untuk membuat wahana atau dekorasi pad ataman bermain tersebut. Dengan adanya pemanfaatan material plastik seperti ini, bisa juga menjadi sarana untuk mengdukasi anak-anak yang bermain di taman itu. Mereka bisa belajar bagaimana untuk memanfaatkan samapah yang ada dengan efektif sehingga secara tidak langsung metode ini dapat meningkatkan kreativitas anak-anak dalam mengolah sampah. Dari pandangan saya, cara ini merupakan cara yang baik untuk diterapkan di Indonesia mengingat bahwa cara ini dapat sekaligus mengajar dan memotivasi generasi muda untuk mengolah sampah dengan baik, efektif, dan kreatif.
ADVERTISEMENT
Singkatnya, permasalahan sampah plastik yang merisaukan menjadi makin merisaukan semenjak pandemi COVID-19 datang melanda Indonesia. Dengan berbagai kebijakan yang lahir, sampah plastik menjadi tak tertangani. Namun, Indonesia tidak sendiri. Masih begitu banyak negara yang bisa dijadikan panutan untuk terus mengembangkan diri dan memajukan negeri. Oleh karena itu, kiranya beberapa metode di atas bisa membantu dan mengubah Indonesia menjadi lebih baik lagi.