Konten dari Pengguna

KKN UNDIP Adakan Edukasi Kesetaraan Gender Dalam Keluarga Kepada PKK Desa

Wahyu Ani R
Penulis adalah seseorang mahasiswa aktif saat ini berkuliah di Universitas Diponegoro.
13 Agustus 2024 14:21 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Wahyu Ani R tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Diambil oleh: Nafiza
zoom-in-whitePerbesar
Diambil oleh: Nafiza
ADVERTISEMENT
Mahasiswa Universitas Diponegoro yang sedang melaksanakan KKN di Desa Gebyog, Kecamatan Mojogedang, Kabupaten Karanganyar, melakukan edukasi mengenai kesetaraan gender, toxic feminism, dan toxic masculinity pada Kamis (25/7).
ADVERTISEMENT
Belakangan kita tahu bahwasanya laki-laki dan perempuan selalu membanding-bandingkan mengenai tugas dan peranan mereka dalam rumah tangga. Banyak yang mengira tugas laki-laki hanya untuk mengurus mencari nafkah, sementara wanita harus di rumah dan mengerjakan segala pekerjaan di rumah tanpa adanya bantuan dari suami. Hal ini sering disalah pahami sehingga membentuk kelompok yang patriarki, bahkan patriarki itu sendiri dilanggengkan oleh beberapa wanita padahal patriarki ini sangat merugikan wanita.
Program ini diinisiasi oleh salah satu anggotanya yaitu Wahyu Ani Reyalita yang berasal dari jurusan Sastra Inggris dalam upayanya untuk meningkatkan pemahaman masyarakat desa mengenai isu-isu kesetaraan gender. Kegiatan dimulai dengan pemutaran video edukatif serta presentasi singkat yang mengangkat tema kesetaraan gender dan penjelasan mengenai dari toxic feminism dan toxic masculinity. Video yang menggambarkan tentang bagaimana sikap dan perilaku yang salah kaprah mengenai gender dapat berdampak negatif pada kehidupan sosial dan berakibat bagi kekerasan dalam rumah tangga.
ADVERTISEMENT
Apa itu Gender Equality, Toxic Feminism, dan Toxic Masculinity?
Gender Equality atau kesetaraan gender adalah prinsip di mana semua orang memiliki hak, kesempatan, dan perlakuan yang sama, tanpa diskriminasi berdasarkan gender.
Toxic Feminism adalah gerakan feminisme ekstrem yang cenderung merendahkan atau menyalahkan pria dengan menyebut pria sebagai sumber masalah, sehingga gerakan ini cenderung menyimpang dari tujuan kesetaraan gender.
Toxic Masculinity adalah konsep yang salah mengenai pria yang menekan pria untuk bersikap keras, dominan, dan menolak sifat-sifat yang dianggap lemah seperti menunjukkan emosi dengan menangis.
Dalam pertemuan ini Wahyu Ani menekankan pentingnya pemahaman yang baik tentang peran dan hak setiap gender dalam keluarga. "Kesetaraan gender bukan tentang siapa yang harus dan paling pantas untuk melakukan, melainkan bagaimana kita bisa saling menghargai dan bekerja sama tanpa harus terikat oleh stereotip," ujarnya Wahyu Ani dalam presentasinya.
ADVERTISEMENT
Kegiatan ini mendapatkan respon positif dari warga Desa Gebyog yang antusias mengikuti rangkaian acara hingga selesai. Pada akhir presentasi, sebagai simbol komitmen untuk terus mendukung edukasi mengenai kesetaraan gender, diserahkan sebuah poster edukatif kepada perwakilan desa. Poster tersebut memuat informasi singkat mengenai konsep-konsep yang telah dijelaskan, serta ajakan untuk terus mendukung kesetaraan gender dalam kehidupan sehari-hari.
Melalui program ini, diharapkan masyarakat Desa Gebyog semakin memahami pentingnya kesetaraan gender dan dapat menerapkan pemahaman tersebut dalam kehidupan keluarga mereka sehari-hari, sehingga tercipta lingkungan yang lebih harmonis.