Konten dari Pengguna

Deflasi Ekonomi dan Bantalan Sosial Pilkada

Kristiono
Pengamat Sosial Politik - Ketua Yayasan Sahabat Remaja Indonesia - Alumni Fisipol UGM - Tinggal di pedesaan Grobogan Jawa Tengah
14 Oktober 2024 16:02 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Kristiono tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Memasuki kwartal empat tahun 2024, tanda - tanda akan berakhirnya deflasi masih belum terang. Jika dihitung sejak mulainya pada bulan mei 2024, maka genap sudah 6 bulan ekonomi Indonesia mengalami pelambatan.
sumber : https://id.pngtree.com/free-png-vectors/grafik-penurunan
Penulis tak akan membahas deflasi dari sisi teori, sebab, ataupun kondisi makro. Tapi lebih ke sisi lain yang semoga menambah insight kita semua, utamanya para pelaku usaha baik skala mikro, kecil maupun besar.
ADVERTISEMENT
Dalam perjumpaan dan diskusi penulis dengan banyak kawan yang praktisi ekonomi, semuanya mengeluhkan adanya penurunan yang terus menerus dalam beberapa bulan terakhir. Sebagian mengeluh ke arah pasrah karena sudah mengarah kepada kesulitan memanggul beban pengeluaran. Sementara sebagiannya lagi mengeluh diiringi pikiran positif bahwa kondisi saat ini akan sgera berakhir. Walau entah kapan dan indikator ekonomi nasional belum juga menunjukkan akan berakhirnya deflasi ini.
Tipe pertama (pasrah keadaan) yang penulis sebut adalah mereka yang terjun di sektor kuliner, retail, fashion dan sejenisnya. Hantaman deflasi 6 bulan terasa benar - benar berat bagi mereka. Beban pengeluaran sewa tempat, gaji kepada karyawan yang jumlahnya tidak sedikit dan stok yang menumpuk tidak bisa keluar. Begitu timpang dengan pendapatan cash yang anjlok drastis. Mereka memilih pasrah karena mau berusaha seperti apapun, yang ada malah menyedot tabungan.
ADVERTISEMENT
Sementara tipe kedua (berpikir optimis) adalah mereka yang menggeluti industri outdoor print dan segala jenis turunan usahanya yang ada kaitan dengan gelaran pilkada yang sedianya akan dihelat pada akhir november 2024. Adanya kontestasi kepala daerah di berbagai level (bupati/ walikota/ gubernur), menjadikan mereka kebanjiran order. Dan asiknya, kalo kita melihat dari sisi konsumen, hampir tidak ada pemain besar hegemonik di sektor ini. Yang ada adalah satu sama lain setara dalam menerima pekerjaan dari kandidat pilkada. Rantai ekonomi secara tidak langsung tersebar ke berbagai titik.
Itu baru outdoor print saja, belum jasa tenaga pasang alat peraga kampanye. Yang tentunya secara langsung melibatkan banyak orang dari berbagai pedesaan, sesuai dengan jejaring timses masing - masing kandidat. Belum lagi honor dari setiap pertemuan yang melibatkan masyarakat hingga tingkat RT/ RW. Bisa dibayangkan berapa uang yang berputar di tengah masyarakat. Maka sampai sini, bolehlah kiranya penulis menyebut bahwa pilkada kali ini membawa berkah. Yakni menjadi bantalan sosial sementara di tengah kondisi deflasi saat ini.
ADVERTISEMENT
Mengenai situasi ini, Chandra Julihandono (2024) pernah menulis demikian : "Pemilu akan menjadi stimulus pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) serta mendorong peningkatan pendapatan nasional dan menjaga stabilitas ekonomi Indonesia. Sektor produksi dan distribusi akan menggeliat lebih tinggi dari biasanya. Kepala Pusat Kebijakan Ekonomi Makro Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan memperkirakan konsumsi belanja pemerintah dari pemilu terhadap PDB diperkirakan naik 0,75 persen pada 2023 dan satu persen pada 2024."
Penelitian lain juga dilakukan oleh Unit Riset dan Pengabdian Masyarakat (RPM) Universitas Indonesia pada 2014. Pada hasil kajian yang dimuat pada laporan kuartal volume 1 - 2014 diungkapkan bahwa pemilu terbukti signifikan meningkatkan peredaran uang hanya selama kuartal menjelang dan saat pemilu, namun akan bernilai negatif pascapemilu.
ADVERTISEMENT
Dari sisi ini kita bisa melihat bahwa pelaksanaan pemilu dan pilkada dalam rentang waktu yang berurutan di tahun yang sama. Maka tidak heran bisal penurunan/ deflasi saat ini bisa jadi karena dampak pasca pemilu lalu. Dan grafik ekonomi akan naik, semoga, mulai dari oktober hingga november (ketika pelaksaan pilkada).
Tentunya tidak cukup hanya berharap. Perlu ada upaya serius dari pemerintahan baru yang akan dilantik pada 20 oktober 2024 mendatang untuk secara serius mengatasi deflasi ini.