2,15 Juta Debitur KUR BRI Sukses 'Naik Kelas'

11 Desember 2018 7:14 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Direktur Utama BRI, Suprajarto (paling kiri), panen melon dan bagikan KUR untuk gabungan kelompok tani (gapoktan) di Lamongan, Jawa Timur, Kamis (27/9/2018). (Foto: Selfy Sandra Momongan/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Direktur Utama BRI, Suprajarto (paling kiri), panen melon dan bagikan KUR untuk gabungan kelompok tani (gapoktan) di Lamongan, Jawa Timur, Kamis (27/9/2018). (Foto: Selfy Sandra Momongan/kumparan)
ADVERTISEMENT
Keinginan pemerintah memberdayakan ekonomi kerakyatan melalui penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR), dapat diwujudkan oleh para debitur penerima KUR Bank BRI. Data PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk tersebut mengungkapkan, sepanjang 2016-2018, terdapat 2,15 juta debitur pelaku usaha mikro yang berhasil 'naik kelas'.
ADVERTISEMENT
Adapun total pinjaman dari para debitur yang sukses 'naik kelas' tersebut mencapai Rp 52,69 triliun.
Bank BRI mendefinisikan debitur 'naik kelas' pada tiga kategori. Pertama, yang berhasil meningkatkan kemampuan usahanya, yang semula berstatus unbankable dan mendapatkan pinjaman bersubsidi (KUR), menjadi berstatus bankable dan mendapatkan pinjaman komersial (KUPEDES).
Kedua, debitur yang telah melunasi pinjaman KUR sebelumnya dan mendapatkan plafond KUR yang lebih tinggi. Ketiga, debitur yang telah melunasi pinjaman KUR Mikro kemudian mendapatkan KUR Kecil.
Secara volume, KUR yang diterima para debitur yang naik kelas pada 2016 saja, sebesar Rp 7,09 triliun. Terbagi untuk debitur yang mendapatkan plafon lebih tinggi mencapai Rp 4,52 triliun dan yang bisa mendapatkan Kupedes sebesar Rp 2,57 triliun.
Pedagang di Terminal Pasar Minggu. (Foto: Nugroho Sejati/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Pedagang di Terminal Pasar Minggu. (Foto: Nugroho Sejati/kumparan)
Total volume KUR yang diterima debitur naik kelas pada 2017, tumbuh signifikan menjadi Rp 24,05 triliun. Terbagi sebesar Rp14,65 triliun untuk peraih plafon lebih tinggi dan Rp 9,4 triliun untuk yang mendapatkan Kupedes. Sedangkan tahun ini, volumenya menjadi Rp 21,54 triliun yang terbagi sebesar Rp 13,54 triliun berhak mendapatkan plafon lebih tinggi dan Rp 8,01 triliun mendapatkan Kupedes.
ADVERTISEMENT
Yang menggembirakan, dari kajian LIPI (Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia), KUR Mikro BRI terbukti telah berhasil meningkatkan kapasitas ekonomi para debiturnya. Kajian itu dilakukan terhadap debitur-debitur KUR BRI di sektor pertanian, perburuan, kehutanan; Kelautan dan perikanan; Industri pengolahan; Konstruksi; Serta jasa produksi.
Hasil kajian itu menyatakan, kapasitas ekonomi seperti aset, omzet, dan pendapatan para debitur setelah menerima KUR Mikro, meningkat dibandingkan sebelum mereka menerima KUR Mikro.
Setelah menerima KUR Mikro dari BRI, para pelaku usaha mengalami peningkatan aset rata-rata hingga 67 persen. Sementara peningkatan jumlah omzet debitur, pada sebelum dan setelah menerima KUR Mikro, rata-rata mencapai 62 persen. Sedangkan pendapatannya meningkat 57 persen.
Ilustrasi buku tabungan Bank BRI (Foto: Fitra Andrianto/kuumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi buku tabungan Bank BRI (Foto: Fitra Andrianto/kuumparan)
Rata-rata jumlah aset misalnya, meningkat dari Rp 498 juta menjadi Rp 834 juta. Sedangkan omzet usaha per bulan, secara rata-rata meningkat dari Rp 22,3 juta menjadi Rp 36,2 juta. Sementara rata-rata pendapatan per bulan meningkat dari Rp 8,193 juta menjadi Rp 12,900 juta.
ADVERTISEMENT
Peningkatan pendapatan itu juga terbukti telah menaikkan pengeluaran para debitur. Seperti pengeluaran pendidikan naik 18 persen, kesehatan 27 persen, dan sosial 42 persen.
Sepanjang 2018 ini, Pemerintah mematok total plafon KUR sebesar 123,63 triliun. Dari target tersebut, BRI mendapat alokasi Rp 79,5 triliun. Hingga November 2018, untuk KUR Mikro saja BRI telah menyalurkan sebesar Rp 69,73 triliun kepada hampir 3,87 juta debitur.
Pada 2019 mendatang, pemerintah seperti diungkapkan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution berencana meningkatkan alokasi KUR menjadi sebesar Rp 140 Triliun.