Dalam 2 Tahun, 2 Smelter Nikel Berhenti Beroperasi

27 Desember 2017 14:25 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi Smelter  (Foto: Wikimedia Commons )
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Smelter (Foto: Wikimedia Commons )
ADVERTISEMENT
Di tengah upaya pemerintah mendorong hilirisasi mineral di dalam negeri, tahun ini ada 2 smelter (pabrik pemurnian mineral) nikel yang berhenti beroperasi. Kedua smelter tersebut milik PT Indoferro dan PT Cahaya Modern Metal Industri.
ADVERTISEMENT
Menurut pemerintah, penyebab utamanya adalah faktor keekonomian yang menurun akibat meningkatnya biaya operasi (kokas) dan melemahnya harga komoditas mineral di awal tahun 2017.
Hal itu disampaikan oleh Direktur Jenderal Minerba dan Batubara Kementerian ESDM, Bambang Gatot Ariyono, di Kementerian ESDM, Jakarta, Rabu (27/12). Dia mengatakan, PT Indoferro sudah berhenti beroperasi sejak 19 Juli 2017 lalu.
"Ini yang berhenti beroperasi (Indoferro) sejak 19 Juli 2017 karena kenaikan harga kokas yang sampai USD 300 per ton," kata Gatot.
Gatot menjelaskan, sebelum Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 ada, PT Indoferro sudah ada dan fokus smelter-nya bukan nikel melainkan besi. "Lalu mereka switch ke (smelter) nikel itu Januari 2014," lanjutnya.
Sementera itu, PT Cahaya Modern Metal Industri sudah lebih dulu berhenti beroperasi pada Januari 2016. Alasannya, hampir sama dengan PT Indeferro, yaitu kenaikan harga kokas yang mencapai USD 300 sehingga biaya operasi menjadi sangat mahal.
ADVERTISEMENT
"Penyebab utamanya smelter yang menggunakan teknologi Blast Furnace adalah meningkatnya harga kokas dari rata-rata USD 100 pada 2015 menjadi USD 200-300 per ton sejak akhir 2016,” katanya.
Adapun tingkat keekonomian smelter nikel dengan teknologi Blast Furnace sangat dipengaruhi oleh harga kokas yang mencapai 40% dari total biaya produksi.
"Untuk PT Indoferro sejak awal tidak didesain untuk memurnikan bijih nikel sehingga tingkat keekonomiannya akan beda dengan desain awal di mana Indoferro didesain untuk memurnikan bijih besi," lanjutnya.
Meski 2 ada perusahaan yang smelter-nya berhenti beroperasi, Gatot mengatakan masih banyak smelter lain yang beroperasi.