Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.90.0
ADVERTISEMENT
Kementerian PUPR mencatat realisasi Program Sejuta Rumah atau rumah murah pemerintahan Presiden Jokowi hingga Agustus 2019 mencapai 735 ribu unit, atau 58 persen dari target yang ditetapkan yakni 1,25 juta unit.
ADVERTISEMENT
Menurut Direktur Jenderal Penyediaan Perumahan Kementerian PUPR, Khalawi Abdul Hamid, dalam pemerintahan Presiden Jokowi ditargetkan secara kumulatif dalam 2015-2019 terbangun 5 juta unit rumah baru.
Adapun Program Sejuta Rumah diluncurkan pemerintahan Jokowi di tahun 2015 untuk menyediakan pasokan rumah, baik untuk Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR) maupun non-MBR.
"Kita punya target untuk mendongkrak akumulasi 5 juta unit. Kita mungkin hanya bisa 4,8 juta unit (kumulatif 2015-2019)," kata Khalawi saat ditemui di Kementerian PUPR, Jakarta, Rabu (7/8).
Berikut 3 fakta mengenai Program Sejuta Rumah Jokowi:
1. Saat Ini Terbangun 4,2 Juta Rumah
Kementerian PUPR telah membangun 4,2 juta rumah sejak Januari 2015 hingga Agustus 2019. Artinya saat ini kementerian yang dipimpin Basuki Hadimuljono hanya perlu membangun 600 ribu rumah lagi untuk mencapai target.
ADVERTISEMENT
Adapun rinciannya yakni di tahun 2015, realisasi Program Sejuta Rumah hanya 904 ribu unit. Sementara di 2016 sebanyak 699 ribu unit, dan di 2017 sebanyak 805 ribu unit. Di 2018, target tercapai yakni dengan realisasi 1,13 juta unit. Sedangkan tahun 2019 hingga awal Agustus, realisasinya mencapai 735 ribu unit.
"Ini kalau akhir 2018 capaian kumulatifnya 3,5 juta sekian. Kalau 5 Agustus 2019 capai 735 ribu unit," kata Khalawi.
2. Program Sejuta Rumah Dilanjutkan di Periode Kedua Jokowi
Khalawi menegaskan dalam periode kedua kepemimpinan Jokowi, Program rumah murah kembali digulirkan. Sebab setiap tahunnya, kebutuhan rumah masyarakat Indonesia mencapai 500-700 ribu unit.
"Pemilikan perumahan itu masalah yang kompleks. Kita sekarang mungkin bisa capai target satu juta rumah, tapi setiap tahun kebutuhan hunian bertambah dengan munculnya keluarga-keluarga baru. Kami hitung minimal ada 500 ribu keluarga baru setiap tahun," ujarnya.
ADVERTISEMENT
Dia mengungkapkan dalam lima tahun ke depan, pelaksanaan Program Sejuta Rumah akan lebih sulit. Sebab lahan yang tersedia semakin terbatas yang akan memicu naiknya harga tanah. Pun biaya material yang berpotensi naik.
Maka dari itu, pemerintah akan mempercepat realisasi pengadaan bank tanah guna mengendalikan harga tanah yang sekarang terus bergerak naik tanpa bisa tertahan. Khalawi memastikan, Program Sejuta Rumah di kota besar tidak akan lagi tapak.
"Karena lahan sudah tidak ada, di kota-kota besar kita pastikan akan bangun vertikal. Dari segi pembiayaan juga akan kita sediakan berbagai pilihan, mulai dari FLPP, SSB, BP2BT dan yang terbaru ada Tapera," jelasnya.
3. Dipuji Negara Lain
Khalawi mengungkapkan, Program Sejuta Rumah Jokowi dipuji oleh sejumlah negara lain, bahkan ingin dipelajari oleh mereka. Hal itu terungkap dalam pertemuan pengembang perumahan yang digelar di Rusia, beberapa waktu lalu.
ADVERTISEMENT
"Mereka penasaran. Teman-teman dari Korea penasaran, Aljazair juga sangat ingin tahu. Mereka punya program 200 ribu per tahun saja tidak tercapai," jelasnya.
Menurut dia, Program Sejuta Rumah diminati oleh sejumlah negara karena program ini mengusung konsep gotong royong, di mana pembangunan rumah murah tak hanya dilakukan oleh pemerintah, melainkan juga dengan kerja sama swasta.
"Konsep yang gotong royong ini yang mereka tertarik. Secara rata-rata, biasanya ini di sana jadi beban negara," kata Khalawi.