Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
ADVERTISEMENT
Aliran listrik di wilayah DKI Jakarta, Banten, dan sebagian Jawa Barat hingga Jawa Tengah, mengalami pemadaman pada Minggu (4/8) sejak pukul 11.45 WIB. Hal itu dikeluhkan oleh masyarakat, bahkan tagar #matilampu menjadi trending topik di Twitter.
ADVERTISEMENT
Adapun akibat dari pemadaman listrik itu yakni traffic light di jalan raya tak berfungsi, jaringan sejumlah provider telekomunikasi tumbang, hingga transportasi massal seperti MRT, KRL Jabodetabek, KA Bandara, dan LRT Jakarta terganggu.
Berikut 4 fakta mengenai padamnya aliran listrik pada Minggu (4/8) yang dirangkum kumparan:
1. PLN Alami 2 Gangguan Sekaligus
Excecutive Vice President Corporate Communication & CSR PLN, I Made Suprateka, menjelaskan, pemadaman ini terjadi akibat dua sebab. Yakni gangguan pada turbin gas di PLTGU Cilegon, Banten. Serta gangguan pada transmisi SUTET 500 kV di Jawa Barat.
"Gangguan atau trip terjadi di gas turbin 1 sampai 6 di PLTGU Cilegon. Sementara gas turbin 7 memang sedang off," paparnya.
Sementara akibat gangguan transmisi SUTET 500 kV, menyebabkan padamnya listrik di sejumlah area di Jawa Barat. Yakni Bandung, Bekasi, Cianjur, Cimahi, Cirebon, Garut, Karawang, Purwakarta, Majalaya, Sumedang, Tasikmalaya, Depok, Gunung Putri, Sukabumi dan Bogor.
Menurut Plt Direktur Utama PLN, Sripeni Inten Cahyani, gangguan yang terjadi pada transmisi SUTET 500 kV ialah terdapat 2 sirkuit yang terganggu sehingga tegangan listrik turun.
ADVERTISEMENT
"Pada pukul 11.48 detik ke-11 disebabkan SUTT Depok-Tasik ada gangguan. Ini awal pemadaman di sistem Jawa Barat, Banten, dan DKI Jakarta," imbuhnya.
2. Kerugian Capai Rp 90 Miliar
PT PLN (Persero) mengaku rugi sekitar Rp 90 miliar karena matinya listrik secara massal yang terjadi sejak pukul 11.45 WIB. Angka itu berasal dari 9.000 MW listrik yang hilang, dikali dengan lamanya durasi pemadaman sekitar 10 jam dengan harga tarif listrik per kWh-nya Rp 1.457 per kWh.
"Ya minimal Rp 90 miliar itu lost, rugi karena hilang (padam). Belum termasuk denda (kompensasi ke masyarakat)," kata Direktur Pengadaan Strategis 2 PLN, Djoko Rahardjo Abumanan di PLN Gandul, Cinere, Depok, Jawa Barat, Minggu (4/8).
ADVERTISEMENT
3. PLN Siap Investigasi
PT PLN (Persero) akan menginvestigasi penyebab listrik mati massal yang terjadi Minggu. Investigasi dilakukan untuk mencari sumber masalah yang utama.
Plt Direktur Utama PLN, Sripeni Inten Cahyani mengatakan, perusahaan membutuhkan waktu hingga 3 bulan ke depan untuk mendapatkan hasil yang utuh dari kejadian hari ini.
"Pada saat ini kami fokus recovery, bagaimana PLN mampu sistem kelistrikan ini. Kami akan investigasi gangguannya. Kita cari dulu masalahnya. Mudah-mudahan 1-3 bulan kita dapatkan hasil komprehensif," kata dia di PLN Gandul, Cinere, Depok, Jawa Barat, Minggu (4/8).
Untuk menginvestigasi kejadian ini, kata Sripeni, PLN menggandeng pihak independen. Kata dia, perusahaan juga punya lembaga penelitian dan pengembangan dan universitas yang bekerjasama untuk memantau keandalan kelistrikan PLN.
ADVERTISEMENT
"Untuk jaga integritas, kami akan tunjuk pihak lain karena ini dampaknya luar biasa," ucap dia.
4. Tak Ada Unsur Politis
Plt Direktur Utama PT PLN (Persero), Sripeni Inten Cahyani menegaskan bahwa kejadian itu tak ada kaitannya dengan unsur politik. Kata dia, insiden ini murni karena ada tegangan yang turun di Transmisi SUTET Ungaran-Pemalang 500 kilo Volt (kV) yang berdampak ke jaringan dan pasokan listrik di wilayah Jakarta, Banten hingga sebagian Jawa Barat.
"Ini murni teknis. Berkaitan dengan hal-hal teknis. Tidak lihat satu hal pun yang sifatnya politis," kata dia dalam konferensi pers di PLN Gandul, Cinere, Depok, Jawa Barat, Minggu (4/8).
Sripeni mengatakan, pemadaman serupa pernah terjadi pada 1997. Kala itu, sistem kelistrikan di Jawa dan Bali mati total (black out).
ADVERTISEMENT
Lalu, pada September 2018 juga terjadi pemadaman tapi secara parsial karena sistem Grati terganggu di PLTU Paiton, Jawa Timur. Kala itu, transmisi yang terganggu bertegangan 500 kV.
"Jadi dalam kurun waktu sebenarnya ini tidak sering. Dan kita harapkan hal yang kita hindari, jadi upaya improvisasi sistem," kata dia.