4 Tantangan Ekonomi Digital di Indonesia

4 April 2018 11:34 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Diskusi Tren Ekonomi Digital. (Foto:  Ema Fitriyani/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Diskusi Tren Ekonomi Digital. (Foto: Ema Fitriyani/kumparan)
ADVERTISEMENT
Perkembangan teknologi secara digital mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia. Bank Indonesia (BI) mencatat, penetrasi itu didukung tingginya konsumsi internet seiring dengan naiknya jumlah teknologi finansial atau financial technology (fintech).
ADVERTISEMENT
Deputi Gubernur Bank Indonesia Sugeng mengatakan, jumlah fintech di Indonesia tahun lalu sebanyak 184 perusahaan. Angka ini naik dibanding tahun 2016 yang berjumlah 126 perusahaan. Sementara itu, pengguna internet Indonesia lebih dari 130 juta orang, pengguna yang aktif sekitar 124 juta orang.
Meski begitu, Sugeng mengaku, kemajuan ini juga memiliki tantangan bagi layanan ekonomi digital Indonesia. Dia menyebut, setidaknya ada 4 tantantangan yang harus dihadapi dan waspadai.
Pertama, dengan adanya tren penggunaan internet dan mobile, tantangan utama yang perlu diwasapadi adalah cyber security yang akhir ini marak. Kejadian ini belakangan dialami di berbagai belahan dunia.
“Misalnya ransomware (virus yang mengunci file) yang minta tebusan dari bitcoin. Itulah kenapa posisi kita tegas melarang bitcoin jadi alat pembayaran,” katanya dalam diskusi Tren Ekonomi Digital: Era Transaksi Elektronik, Peluang dan Tantangan di Hotel Westin, Jakarta, Rabu (4/3).
ADVERTISEMENT
Deputi Gubernur Bank Indonesia, Sugeng. (Foto:  Ema Fitriyani/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Deputi Gubernur Bank Indonesia, Sugeng. (Foto: Ema Fitriyani/kumparan)
Terkait ransomware juga melanda bank sentral Bangladesh yaitu pembobolan melalui swiping. Bank Sentral Malaysia pun ikut terkena serangan cyber ini.
Tantangan kedua, kata Sugeng, adalah fragmentasi industri. Saat ini masing-masing industri membuat inovasi teknologi digital tapi tidak terhubung satu sama lain. Ini menyebabkan inefisiensi dan menyulitkan masyarakat dalam melakukan transaksi digital.
“Contohnya kartu tol. Dulu hanya bisa pakai Bank Mandiri. Ada juga yang khusus BCA saja. Sekarang semua bisa terkoneksi satu sama lain," kata dia.
Ada juga tekonologi QR Code yang saat ini masih tertutup. Tapi Sugeng menjanjikan April ini semua transaksi yang menggunakan QR Code akan selesai jadi bisa terkoneksi satu sama lain.
Tantangan ketiga adalah daya saing. Sugeng menilai, pertumbuhan e-commerce saat ini belum bisa mendukung penjualan barang lokal. Saat ini masih didominasi impor dari China karena murah. Selain itu, posisi kedua barang impor dari Singapura dan Jepang.
ADVERTISEMENT
“Dalam hal ini dukungan logistik jadi kunci kita,” ucapnya.
Tantangan keempat, layanan ekonomi digital juga rawan jadi praktik pencucian uang dan pendanaan terorisme. Sugeng meminta hal ini juga perlu diwaspadai pelaku jasa keuangan teknologi.