Ada 29 Smelter Nikel Rp 68 T yang Dibangun Berkat Hilirisasi Mineral

27 Desember 2017 20:04 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi Smelter  (Foto: Wikimedia Commons )
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Smelter (Foto: Wikimedia Commons )
ADVERTISEMENT
Untuk menciptakan nilai tambah di dalam negeri, pemerintah mendorong hilirisasi mineral. Ekspor mineral mentah ditutup, perusahaan tambang wajib memurnikan mineral di dalam negeri. Hanya mineral yang sudah diolah dan dimurnikan yang boleh diekspor.
ADVERTISEMENT
Berkat kebijakan hilirisasi mineral yang dijalankan sejak 2014 itu, banyak fasilitas pengolahan dan pemurnian mineral (smelter) yang terbangun. Hingga tahun ini, tercatat ada 29 smelter yang sudah dibangun.
Dari 29 smelter tersebut, 6 smelter di antaranya dibangun sebelum UU Nomor 4 Tahun 2009 diterbitkan. Mereka adalah PT Indoferro, Century Metallindo, dan Bintang Timur Steel, PT Cahaya Modern Metal Industry, PT Macika Mineral Industri, dan PT Integra Mining.
Dirjen Minerba Kementerian ESDM, Bambang Gatot Ariyono, mengungkapkan dari 6 smelter ini, ada 1 smelter yang berhenti beroperasi dan 2 smelter terhenti pembangunannya akibat meningkatnya biaya operasi dan melemahnya harga komoditas mineral awal 2017.
"Mereka adalah PT Indoferro yang sudah berhenti beroperasi pada Juni 2017 lalu dan PT Cahaya Modern Metal Industry sejak Januari 2016," katanya di Kementerian ESDM, Rabu (27/12).
ADVERTISEMENT
Lalu ada 11 smelter yang saat ini sudah selesai dibangun dan sudah beroperasi, yaitu milik PT Vale Indonesia, PT Antam Tbk, PT FBLN, PT SMI, Gebe Sentra Industry, PT MSPI, PT COR, Heng Tai, Virtu, Guang Ching, dan SSU.
Sementara itu, 10 smelter yang sedang dalam proses konstruksi adalah milik PT WP, PT First PM, PT BSI, PT ASL, PT Huadi, PT Kinlin, PT Titan, Wan Xiang, Sambas MM, dan PT Ceria. Lalu, 2 smelter yang saat ini tengah melakukan ekspansi, yakni milik PT Antam dan PT FBLN.
Total nilai investasi 29 smelter tersebut mencapai Rp 68 triliun. "Dari 29 smelter nikel yang tengah berjalan dan ada, total nilai investasinya sebesar Rp 68 triliun," kata Gatot.
ADVERTISEMENT
Selain nikel, ada smelter bauksit yang nilai investasinya mencapai Rp 20 triliun, yakni milik PT Indonesia Chemical Alumina dengan kapasitas input 850 ribu ton. Selain itu, ada PT Well Hervest Winning dengan total kapasitasnya 3.564.000 juta ton.
Bambang mengatakan, secara keseluruhan perkembangan pembangunan smelter tahun ini melaju ke arah yang positif. Dia juga menegaskan sampai saat ini cadangan nikel dan bauksit masih sangat banyak di Indonesia.
"Jadi enggak perlu khawatir. Cuma kebutuhan yang tergantung demand-nya," katanya.