Ada Kendari New Port, Sultra Ekspor Butter Kakao Langsung ke Belanda

7 Agustus 2018 19:37 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kebun kakao di Kendari, Sulawesi Tenggara. (Foto: Ema Fitriyani/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Kebun kakao di Kendari, Sulawesi Tenggara. (Foto: Ema Fitriyani/kumparan)
ADVERTISEMENT
Untuk pertama kalinya Provinsi Sulawesi Tenggara dapat mengekspor ke luar negeri langsung dari daerah mereka, berupa komoditas butter kakao, terhitung sejak Januari 2018. Alasannya, karena ada Pelabuhan Kendari New Port di Bungkukoto, Kendari, Sulawesi Tenggara.
ADVERTISEMENT
Saat ini, sebetulnya pembangunan Kendari New Port masih terus berlangsung. Pemerintah menargetkan pelabuhan ini akan beroperasi secara penuh pada 2019 mendatang. Tapi, sejak awal tahun, pelabuhan sudah bisa digunakan dan komoditas pertanian turunan dari kakao yaitu butter kakao pun bisa eskpor untuk pertama kalinya.
Kepala Balai Karantina Pertanian Kelas II Kendari, Laode M Mastari, mengatakan pasar eskpor yang dituju dari pelabuhan ini adalah Belanda. Dia mengatakan, dalam dua bulan terakhir ini, produk turunan kakao ini sudah diekspor sebanyak tiga kali dengan volume mencapai 300 ton.
“Ekspor pertama tanggal 13 Juli, itu 8 kontainer itu dikali 20 ton per kontainernya. Jadi totalnya 160 ton. Kedua, dikirim hanya dua kontainer. 40 ton. Yang ketiga, besok kirim 5 kontainer. Total 300 ton, nilainya Rp 27 miliar,” kata Mastari saat ditemui di kantornya di Kendari, Selasa (7/8).
ADVERTISEMENT
Menurutnya, sebelum ada Kendari New Port, biji kakao yang diekspor dari Kendari selalu lewat Surabaya dan Makassar. Jadi, Balai Karantina di Kendari hanya mencatatnya sebagai pengeluaran produk domestik. Padahal, setibanya di kedua daerah itu, biji kakao itu diekspor ke Belanda.
Biji Kakao yang dikeringkan (Foto: Joseph Pradipta/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Biji Kakao yang dikeringkan (Foto: Joseph Pradipta/kumparan)
Karena itu, lanjut dia, keberadaan Kendari New Port sangat membantu eksportir untuk mengirim langsung dari Kendari. Adapun olahan butter dari kakao diproduksi oleh PT Kalla Kakao Industry (KKI). Perusahaan Kalla Gruop inilah yang mengolah biji kakao petani menjadi butter kakao.
“Jadi KKI ini produksi butter kakao baru dua tahun. Kalau produksi biji kering sudah lama. Dengan dikirim dari sini, ongkosnya lebih murah, cepat, dan produknya punya nilai tambah. Jadi, di sini kita lalukan instalasi terkait dengan akselarasi ekspor tadi,” kata dia.
ADVERTISEMENT
Sebelum sampai ke Belanda, semua produk butter dari kakao sudah melalui pemeriksaan dari Balai Karantina Pertanian Kelas II Kendari. Sebab Belanda mewajibkan butter kakao yang masuk ke negaranya harus memiliki sertifikat Phytosanitary. Sertifikat inilah yang dikeluarkan oleh Badan Karantina Pertanian Kelas II Kendari, jika ingin ekspor dari Kendari.
Kakao sendiri merupakan salah satu komoditas unggulan di Sultra. Mastari bilang, kakao Indonesia merupakan nomor tiga terbaik di dunia setelah Pantai Gading dan Ghana. Di dalam negeri, kakao Sultra menjadi nomor kedua terbaik setelah Sulawesi Tengah.