Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
ADVERTISEMENT
Produsen batu bara kedua terbesar di Indonesia, PT Adaro Energy Tbk (ADRO), mulai melakukan diversifikasi bisnis agar tak bergantung pada hasil penambangan batu bara.
ADVERTISEMENT
Saat ini Adaro memiliki 4 sektor bisnis, yakni pada bidang penambangan batu bara atau coal, services, logistic, dan power. Hingga akhir tahun 2018, sektor tambang masih menyumbang 80 persen pendapatan perusahaan.
"Per tahun 2018 kontribusi non-tambang itu 20 persen terhadap EBITDA. Ke depan 4 pilar utama kami harapkan seimbang," jelas Head of Corporate Communication PT Adaro Energy, Febriati Nadira, saat ditemui di Cafe Loewy Kuningan, Jakarta, Kamis (27/6).
Dia menjelaskan untuk meningkatkan pendapatan sektor logistik, Adaro Logistics akan menaikkan kapasitas eksisting pelabuhan yang ada. Adapun bisnis logistik Adaro yakni menyediakan jasa pengangkutan batu bara hingga gas bumi.
Sementara itu untuk sektor jasa, Adaro kini mengembangkan Adaro Water untuk masuk ke bidang pengolahan air bersih hingga pengelolaan jaringan distribusi air. Pihaknya kini mengincar beberapa proyek air minum pemerintah.
ADVERTISEMENT
"Kami masih cari terus apa proyek yang bisa kita tambah," ungkap Wakil Direktur Utama Adaro Water, Dharma Djojonegoro.
Sedangkan di bidang ketenagalistrikan, Dharma yang juga Wakil Direktur Utama Adaro Power mengungkapkan, pihaknya kini tengah melakukan uji coba penjualan listrik yang berasal dari Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Atap di Papua.
"Batu bara banyak tantangan ke depan. PLTS ini tujuan akhirnya adalah diversifikasi. Karena dunia renewable energy bagian dari masa depan," tegasnya.