Akrobat Harga Daging Ayam Bikin Peternak Kalang Kabut

5 Oktober 2018 10:49 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:05 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Harga Ayam Bikin Runyam (Foto: Basith Subastian/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Harga Ayam Bikin Runyam (Foto: Basith Subastian/kumparan)
ADVERTISEMENT
Harga ayam hidup (live bird) di dalam negeri kerap naik turun tak terduga layaknya permainan akrobat. Sempat melambung tinggi di bulan Juli, namun pada pertengahan September 2018 lalu harganya terjun bebas. Peternak pun dibuat kalang kabut.
ADVERTISEMENT
Harga daging ayam di peternak dalam sebulan terakhir memang sangat rendah. Per hari ini, harga daging ayam di tingkat peternak berada di kisaran Rp 17.000 per kg. Mulai merangkak naik tapi belum normal.
Namun tetap saja, peternak tak pernah membayangkan bahwa harga daging ayam di pertengahan September 2018 lalu bisa Rp 14.000 per kg. Kondisi ini jelas berbanding terbalik dengan periode pertengahan Juli 2018 lalu. Saat itu, harga daging ayam di tingkat peternak mencapai Rp 24.000 per kg. Sedang tinggi-tingginya.
"Biaya produksinya kan naik, sementara harga jualnya malah turun. Jadi terpukul dari dua arah," keluh Sekretaris Perhimpunan Insan Perunggasan Rakyat (Pinsar) Indonesia Samhadi kepada kumparan, Jumat (5/10).
Dari rerata harga daging ayam di peternak selama 2018 ini, memang bulan September yang sangat rendah. Berikut ini rinciannya:
ADVERTISEMENT
Samhadi menghitung harusnya harga ideal berat hidup daging ayam di tingkat peternak sebesar Rp 20.000 per kg. Perhitungan ini tentu saja mengacu pada harga bibit ayam (DOC), pakan ternak, serta ongkos operasional lainnya.
Dia menyatakan bahwa harga DOC sekarang naik dari Rp 5.500 per ekor menjadi Rp 6.500-Rp 7.000 per ekor. Begitu juga dengan harga pakan ternak yang naik dari Rp 7.000 per kg menjadi Rp 7.500 per kg. Kenaikan harga pakan disebabkan melonjaknya harga jagung di tingkat distributor.
"Kita sih berharap jagung murah ya itu aja. Kalau itu bisa murah nanti DOC bibitnya murah, harga pakan juga murah," imbuhnya.
Dia menuturkan penyebab turunnya harga daging ayam di September 2018 disebabkan angka permintaan yang lebih rendah dari produksi. Koordinator Sekretariat Bersama Aksi Penyelamatan Peternak Rakyat dan Perunggasan Nasional (PPRPN), Sugeng Wahyudi, menambahkan kalau kondisi ini terjadi akibat banyaknya produksi daging ayam karena ledakan jumlah populasi bibit ayam. Sugeng memperkirakan angka produksi nasional ada di sekitar 66 juta ekor per minggu.
ADVERTISEMENT
"Kita secara nasional itu produksinya sekitar 66 juta ekor per minggu. Sementara, perkiraan konsumsi nasional ada di 55 juta ekor per minggu,” timpalnya.
Kandang ayam peternak rakyat di Tajur Halang, Bogor (Foto: Elsa Toruan/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Kandang ayam peternak rakyat di Tajur Halang, Bogor (Foto: Elsa Toruan/kumparan)
Serapan yang rendah ini sebenarnya di luar prediksi para peternak. Mereka menduga bahwa harga daging ayam akan bergerak stabil di bulan September karena langkanya DOC. Namun, yang terjadi justru sebaliknya.
"Kami enggak menyangka ini tiba-tiba terjadi. Perkiraan kami itu biasanya bulan segini DOC langka, jadi harga akan bergerak stabil bahkan cenderung naik. Ini justru DOC banyak, ayam juga banyak, jadi harga turun anjlok banget,” ucapnya.