Akses Masyarakat RI ke Jasa Keuangan Masih Tertinggal di Kawasan ASEAN

28 Januari 2019 12:10 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Teller Bank Mandiri menunjukkan uang pecahan Dolar AS dan Rupiah di Bank Mandiri KCP Jakarta DPR, Senin (7/1/2019). Kurs Rupiah terhadap Dolar AS menguat 1,3 persen menjadi Rp14.080.  (Foto: ANTARA FOTO/Rivan Awal Lingga)
zoom-in-whitePerbesar
Teller Bank Mandiri menunjukkan uang pecahan Dolar AS dan Rupiah di Bank Mandiri KCP Jakarta DPR, Senin (7/1/2019). Kurs Rupiah terhadap Dolar AS menguat 1,3 persen menjadi Rp14.080. (Foto: ANTARA FOTO/Rivan Awal Lingga)
ADVERTISEMENT
Akses masyarakat Indonesia terhadap jasa keuangan masih tertinggal jika dibandingkan negara di kawasan ASEAN lain seperti Singapura, Malaysia, Thailand bahkan Filipina. Adapun jasa keuangan tersebut meliputi bank, asuransi, investasi, pembiayaan konsumen, hingga sekuritas.
ADVERTISEMENT
Deputi Bidang Ekonomi Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Bappenas, Leonard Tampubolon, mengatakan, sektor jasa keuangan memiliki peran yang penting dalam berkontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi. Namun saat ini Indonesia masih dihadapkan pada masalah pendalaman di sektor jasa keuangan tersebut.
"Pertumbuhan ekonomi Indonesia yang stagnan di kisaran 5 persen membutuhkan upaya untuk mencegah berlanjutnya pemburukan situasi. Dan sektor jasa keuangan merupakan salah satu sektor penting yang berperan di dalamnya," ujar Leonard dalam Seminar Hasil Kajian Pendalaman Keuangan di Hotel JS Luwansa, Jakarta, Senin (28/1).
Dia menjelaskan, isu pendalaman keuangan menjadi hal penting yang perlu diangkat mengingat kondisi sektor keuangan Indonesia masih dangkal. Hal ini dapat dilihat dari beberapa indikator, salah satunya rasio suplai uang M2 per Porduk Domestik Indonesia (PDB) di Indonesia masih sangat rendah dibandingkan dengan negara-negara tetangga seperti Singapura, Malaysia, Thailand dan Filipina.
ADVERTISEMENT
"Salah satu tantangan di sektor jasa keuangan yaitu pendalaman di sektor keuangan. Dibandingkan Malaysia dan Singapura kita masih jauh tertinggal. Masih banyak penduduk Indonesia yang belum menikmati jasa keuangan," kata dia.
Ilustrasi uang rupiah. (Foto: Nugroho Sejati/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi uang rupiah. (Foto: Nugroho Sejati/kumparan)
Variabel M2 per PDB mencerminkan tingkat monetisasi, mengukur berapa besar layanan jasa sektor keuangan berperan dalam membentuk PDB. Semakin besar M2 per PDB, maka akan semakin penting dan dominan peran sektor keuangan dalam membentuk PDB.
Pada 2017, variabel M2 per PDB Indonesia hanya 39,88 persen, terendah dibandingkan dengan sembilan negara ASEAN lainnya. Myanmar sebesar 51,06 persen, Filipina sebesar 79 persen, Brunei Darussalam 86,69 persen, Kamboja 88,25 persen, Thailand 129,4 persen, Singapura 129,69 persen, Malaysia 132,67 persen, dan Vietnam mencapai 155,22 persen.
ADVERTISEMENT
Oleh sebab itu, lanjut Leonard, upaya pendalaman sektor jasa keuangan perlu terus dilakukan dengan tetap memperhatikan pengelolaan risiko dan stabilitas sistem keuangan. Pendalaman keuangan menjadi sangat penting, mengingat peran sektor jasa keuangan sebagai sumber pembiayaan pembangunan maupun sistem pembayaran yang mendukung kegiatan ekonomi masyarakat.
"Untuk mencapai sasaran pertumbuhan ekonomi ke depan, sektor jasa keuangan dibutuhkan untuk membiayai kebutuhan investasi sehingga perlu dilakukan upaya pendalaman keuangan baik dari pasar keuangan maupun institusi keuangan," tambahnya