Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Analis: Obligasi Waskita Karya Masih Menarik
26 Februari 2018 12:24 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:11 WIB
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Obligasi tersebut akan diterbitkan dalam 2 seri yaitu seri A dengan jumlah pokok sebesar Rp 1,175 triliun dengan bunga 7,75%. Obligasi ini bertenor 3 tahun dengan waktu jatuh tempo 23 Februari 2021.
Sementara obligasi seri B dengan jumlah pokok sebesar Rp 2,276 triliun dengan bunga 8,25%. Obligasi ini bertenor 5 tahun dengan waktu jatuh tempo 23 Februari 2023.
Analis Obligasi I Made Adi Saputra menilai, obligasi Waskita Karya masih menarik di tengah belum ramainya perusahaan lain menerbitkan obligasi di tahun ini.
Dengan tingkat kupon yang dipatok di kisaran 7,75% dan 8,25% masing-masing untuk tenor 3 dan 5 tahun cukup menarik dibandingkan dengan Surat Utang Negara (SUN) dengan bunga yang ditawarkan 2,25% untuk tenor 3 tahun dan 2,55% untuk tenor 5 tahun.
ADVERTISEMENT
Dari sisi harga (pricing), obligasi Waskita Karya masih cukup bersaing. Saat ini, rata-rata pricing untuk obligasi bertenor 3 tahun yaitu 300 basis poin (bps), sementara Waskita Karya 225 bps. Untuk pricing obligasi bertenor 5 tahun rata-rata di angka 320 bps, sementara Waskita Karya 255 bs. Artinya, minat investor masih besar. Semakin rendah pricing, maka semakin menarik.
"Artinya memang itu bisa dikatakan emiten pricing bagus. Walapun pasar dalam tekanan tapi pricing masih bagus," kata dia kepada kumparan (kumparan.com), Senin (26/2).
Made mengungkapkan, pendanaan lewat obligasi saat ini memang banyak diminati korporasi karena dianggap lebih mudah diakses investor. Terlebih, jika obligasi tersebut diterbitkan perusahaan BUMN, tak akan ada kekhawatiran untuk pengurangan kepemilikan atau dilusi seperti pencarian pendanaan lewat penerbitan rights issue (saham baru) jika saham baru tersebut tidak diserap.
ADVERTISEMENT
Dalam dua tahun terakhir, Made mengatakan, minat investor terhadap surat utang korporasi atau obligasi cukup tinggi.
Hal itu menyusul adanya aturan korporasi bisa langsung masuk ke surat utang berbasis infrastruktur jika sebelumnya diwajibkan untuk masuk ke instrumen surat utang negara.
Meski demikian, Made mengungkapkan, tantangan berikutnya adalah bagaimana perseroan memberikan kepercayaan kepada investor terkait obligasi korporasi tersebut.
"Ini berkaitan dengan kayak kemarin penghentian atau moratorium sejumlah proyek BUMN yang elevated, Waskita juga kan salah satunya (yang dihentikan). Tantangan berikutnya pencicilan dan pelunasan," pungkasnya.