Aprindo: Giant 'Tumbang' Karena Masyarakat Pilih Belanja di Minimarket

11 Juli 2019 13:52 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Jelang tutup, Giant Pondok Timur Bekasi diserbu pembeli. Foto: Selfy Sandra Momongan/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Jelang tutup, Giant Pondok Timur Bekasi diserbu pembeli. Foto: Selfy Sandra Momongan/kumparan
ADVERTISEMENT
Asosiasi Peritel Indonesia (Aprindo) menilai para pelaku bisnis ritel besar seperti Giant harus gulung tikar karena kalah saing dengan minimarket. Sebab, saat ini terjadi perubahan gaya hidup masyarakat dalam berbelanja.
ADVERTISEMENT
Ketua Umum Aprindo, Roy Mendey, mengatakan masyarakat kini lebih menyukai berbelanja seperti Alfamart dan Indomaret karena praktis dan cepat. Beda 10 tahun lalu, masih menyukai menghabiskan waktu bersama keluarga berkeliling supermarket.
"Sekarang customer behavior itu lebih cenderung beli kebutuhan yang cepat dan efisien. Artinya praktis. Mereka tadinya kalau dalam 5-10 tahun lalu itu cenderung lifestyle shopper , kalau belanja ke supermarket itu sama keluarga keliling-keliling," katanya saat ditemui di Gandaria City, Jakarta Selatan, Kamis (11/7).
Selain itu, Roy mengatakan masyarakat sekarang juga cenderung memilih berbelanja leisure ketimbang ke supermarket untuk menghabiskan waktu luangnya. Misalnya, nonton ke bioskop atau makan di restoran dulu sebelum berbelanja.
Sejumlah pengunjung berbelanja di Supermarket Giant Ekspres Mampang Prapatan, Jakarta, Minggu (23/6). Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan
Menurut Roy, kondisi ini mendorong seluruh pelaku supermarket untuk mengubah model bisnis mereka menjadi minimarket. Di mana hanya menyediakan toko kebutuhan ritel dalam ukuran kecil, yakni sekitar 1.000 meter hingga 1.500 meter saja.
ADVERTISEMENT
"Mau atau enggak mereka (pelaku bisnis supermarket) ubah dari yang luasan lebar jadi lebih kecil. Karena orang lama-lama akan malas karena macet, parkir susah, pasti enggan untuk keliling lama di luasan yang high zone tadi. Maunya medium zone saja," katanya.
Dia mencontohkan, salah satu ritel Hyfresh yang menyesuaikan dari awalnya memiliki luasan 5.000 meter menjadi 1.500 meter saja. Saat ini, gerai Hyfresh tersebut sudah ada 8 gerai, salah satunya di Meikarta.
"Ini prospek bisnis ke depan akan seperti ini, harus disesuaikan," katanya.