Bea Masuk Tinggi Jadi Hambatan Ekspor Tekstil RI di Eropa

28 Maret 2019 13:27 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Direktur Industri Tekstil, Kulit dan Alas Kaki Kemenperin bersama Ketua Asosiasi Pertekstilan Indonesia Ade Sudrajat di JIExpo, Jakarta Pusat. Foto: Abdul Latif/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Direktur Industri Tekstil, Kulit dan Alas Kaki Kemenperin bersama Ketua Asosiasi Pertekstilan Indonesia Ade Sudrajat di JIExpo, Jakarta Pusat. Foto: Abdul Latif/kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Pemerintah tengah berupaya meningkatkan pasar ekspor industri Tekstil dan Produk Tekstil (TPT). Salah satu pangsa pasar yang cukup gemuk bagi industri tekstil dunia adalah negara-negara Eropa.
ADVERTISEMENT
Hanya saja, Ketua Umum Asosiasi Pertekstilan Indonesia Ade Sudrajat menyampaikan, salah satu hambatan produk tekstil dalam negeri untuk mengembangkan pasar di benua biru yakni bea masuk yang tinggi.
"Kalau Indonesia dengan Uni Eropa (UE). Karena UE kan pasar terbesar di dunia sehingga kita ini masih ada hambatan ke UE karena membayar sekitar 11-25 persen bea masuk," katanya saat ditemui di sela-sela pameran tekstil internasional, Indo Intertex-Inatex-Indo Dyechem-Indo Textprint 2019 di JIExpo, Kemayoran, Kamis (28/3).
Padahal, negara-negara Asia lainnya seperti Bangladesh, Vietnam tidak dikenakan bea masuk impor alias nol persen. Negara-negara tersebut memang berhasil menjalin hubungan dagang dengan UE.
"Kalau sekarang ini kita tidak bisa bersaing secara fair karena kita harus membayar bea masuk lebih tinggi sedangkan mereka nol," lanjutnya.
Direktur Industri Tekstil, Kulit dan Alas Kaki Kemenperin bersama Ketua Asosiasi Pertekstilan Indonesia Ade Sudrajat berfoto bersama di JIExpo, Jakarta Pusat. Foto: Abdul Latif/kumparan
Berdasarkan catatannya, saat ini pangsa pasar industri TPT di Eropa masih kecil sekitar 1,8 persen. Sementara, pangsa pasar Industri TPT terbesar masih dipegang Paman Sam sekitar 36 persen.
ADVERTISEMENT
Sementara itu, Direktur Industri Tekstil, Kulit dan Alas Kaki Kementerian Perindustrian (Kemenperin) Muhdori menambahkan, pihaknya akan terus mengupayakan untuk bisa memperluas pangsa pasar di Eropa.
Salah satu upaya yaitu dengan memanfaatkan perjanjian perdagangan Indonesia-UE yang saat ini sedang negosiasi.
Adapun beberapa negara yang dibidik dan dinilai memiliki potensi baik seperti Jerman dan Inggris. "Eropa lebih agak Jerman, Inggris," ucapnya.
Industri TPT adalah salah satu industri yang memberikan laporan positif. Pada tahun lalu nilai ekspor TPT nasional naik menjadi USD 13,6 miliar-USD 13,8 miliar dibanding periode sama pada tahun sebelumnya USD 12,31 miliar.