Bekraf Bantu Pasarkan Karya Kreator Lokal Lewat Program Katapel

8 Oktober 2018 12:48 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Seorang gamer memainkan game arcade Dance Dance Revolution. (Foto: DJ Damien via Wikimedia Commons (CC BY-SA 2.0))
zoom-in-whitePerbesar
Seorang gamer memainkan game arcade Dance Dance Revolution. (Foto: DJ Damien via Wikimedia Commons (CC BY-SA 2.0))
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Hasil karya para kreator lokal, baik berupa komik, gambar ilustrasi, hingga games, sering dianggap remeh. Padahal, hasil karya tadi bisa diubah menjadi pundi-pundi rupiah jika mereka tahu bagaimana memasarkan hasil karyanya secara tepat.
ADVERTISEMENT
Untuk itu, Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) menginisiasi dibentuknya program Katapel bagi seluruh kreator dalam negeri. Lewat Katapel, seluruh kreator lokal akan diberikan bimbingan atau kursus selama satu minggu bagi 50 kreator lokal terpilih.
“Program ini digagas karena berangkat dari kesadaran data Badan Pusat Statistik (BPS) yang memperlihatkan bahwa dominasi kontribusi sektor ekonomi kreatif masih terbesar ada di tiga bidang, yaitu kuliner, kriya, dan fashion. Ini masih sektor yang bergantung pada produksi, peningkatan nilainya berasal dari kekuatan produksi. Makanya, kami mau mengembangkan industri kreatif yang tidak harus bergantung pada kekuatan produksi,” kata Wakil Kepala Badan Ekonomi Kreatif Indonesia Ricky Pesik saat ditemui di Gedung The Djakarta Theatre, Jakarta, Senin (8/10).
ADVERTISEMENT
Adapun, selain pelatihan dan bimbingan dalam memasarkan hasil karya, sebanyak 5 kreator dari 50 peserta terpilih tadi akan diikutsertakan dalam pameran ilustrator di Hong Kong. Sementara sebanyak 45 peserta lainnya, akan diberikan pameran khusus di dalam negeri untuk memasarkan hasil karyanya.
Konpers peluncuran program Katapel Bekraf. (Foto: Elsa Olivia/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Konpers peluncuran program Katapel Bekraf. (Foto: Elsa Olivia/kumparan)
“Ada lima hambatan yang biasanya dihadapi para kreator kita saat memasarkan produknya, pertama adalah akses permodalan, kedua kekurangan tenaga ahli, ketiga itu adalah kurangnya kolaborasi antar profesional, dan terakhir kurangnya pengetahuan terhadap hak intelektual properti,” kata Managing Director Danumayadipa Robby Wahyudi.
Seluruh biaya dalam mengikuti program ini gratis dan terbuka bagi para kreator lokal yang sudah memiliki hak cipta terhadap hasil karyanya. Sebab, dengan sudah tercatatnya hasil karya para kreator lokal ini tadi akan semakin memudahkan mereka dalam memasarkan karya ke industri ilustrasi atau animasi, baik di tingkat Asia Tenggara maupun Internasional.
ADVERTISEMENT
“Banyak sekali kreator sekarang ini menganggap mereka membuat ilustrasi untuk komik, jadi mereka hanya berpikir bagaimana memasarkan komiknya saja. Padahal, karya mereka itu bisa dikembangkan ke industri lain misalnya ke film atau sticker,” tambah Robby lagi.
Robby memaparkan, dari industri kreatif ini sendiri bisa memberi pendapatan sebesar USD 10,4 miliar per tahun. Naik sebanyak 6,8 persen dari tahun lalu.
“Jangan hanya memasarkan produk lokal saja, tapi juga pasarkan brand lokal kita. Kemarin BRI sudah memulai dengan memasang tokoh heroes lokal di kartu BRIZZI mereka. Nah, yang seperti ini harus diperbanyak, supaya kita tidak hanya menikmati brand luar negeri saja,” tutup Robby.