BI: Perlu Waktu untuk Menurunkan Defisit Transaksi Berjalan

15 November 2018 15:50 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:05 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Konferensi pers Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia (BI) November 2018. (Foto: Nicha Muslimawati/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Konferensi pers Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia (BI) November 2018. (Foto: Nicha Muslimawati/kumparan)
ADVERTISEMENT
Bank Indonesia (BI) memproyeksi defisit transaksi berjalan atau Current Account Deficit (CAD) selama tahun ini akan tetap aman di bawah 3 persen terhadap produk domestik bruto (PDB). Bahkan di tahun depan CAD diperkirakan bisa mencapai 2,5 persen terhadap PDB.
ADVERTISEMENT
Namun demikian, CAD pada kuartal III 2018 justru membengkak hingga USD 8,8 miliar atau 3,37 persen terhadap PDB. Angka ini melebar dibandingkan kuartal sebelumnya yang mencapai 3 persen terhadap PDB maupun periode yang sama tahun lalu sebesar 1,65 persen terhadap PDB.
Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan, pihaknya akan tetap fokus menurunkan CAD. Namun dia mengakui, dalam jangka pendek ini masalah CAD adalah aliran modal asing, akibat kondisi global yang masih dipenuhi ketidakpastian.
"Masalahnya jangka pendek ini aliran modal asingnya itu karena kondisi global sedang diliputi ketidakpastian," ujar Perry di Gedung BI Thamrin, Jakarta, Kamis (15/11).
Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo  (Foto: ANTARA FOTO/Aprillio Akbar)
zoom-in-whitePerbesar
Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo (Foto: ANTARA FOTO/Aprillio Akbar)
Meski demikian, Perry bilang, bank sentral akan tetap fokus menurunkan CAD, meskipun dampaknya baru akan terasa dalam beberapa waktu ke depan. BI dan pemerintah juga akan tetap berkoordinasi untuk menurunkan CAD.
ADVERTISEMENT
"Pemerintah menempuh sejumlah langkah menurunkan CAD, kami juga demikian. Kan langkah-langkah ini perlu waktu bisa berdampak ke CAD. Perlu waktu," jelasnya.
Perry menuturkan, pihaknya juga telah mengambil sejumlah langkah untuk menurunkan CAD. Salah satunya adalah menaikkan suku bunga acuan.
Selanjutnya, BI juga meningkatkan fleksibilitas nilai tukar rupiah terhadap dolar AS sesuai dengan mekanisme pasar.
"Dan karenanya ini bagian dari proses penyesuaian dari neraca transaksi berjalan, rupiah bergerak sesuai mekanisme pasar, fleksibilitas ini dapat mendorong ekspor, mengurangi impor, dan dapat menurunkan CAD," tambahnya.