BI: Rupiah Menguat Akibat Investor Lepas Dolar AS

7 November 2018 17:36 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Uang dolar dan rupiah di salah satu tempat penukaran mata uang asing/money changer. (Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Uang dolar dan rupiah di salah satu tempat penukaran mata uang asing/money changer. (Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan)
ADVERTISEMENT
Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS kembali menguat. Bahkan kurs rupiah lengser dari level Rp 15.000 per dolar AS dan kembali menyentuh Rp 14.500 per dolar AS. Berdasarkan data Reuters hari ini, kurs rupiah mencapai Rp 14.565 per dolar AS, menguat dari pembukaan pagi tadi Rp 14.790 per dolar AS.
ADVERTISEMENT
Kepala Departemen Pengelolaan Moneter Bank Indonesia (BI) Nanang Hendarsah mengatakan, penguatan rupiah akibat ekspektasi kemenangan Partai Demokrat menguasai Kongres dalam Pemilu paruh waktu AS. Hal ini membuat investor asing melepas dolar AS, sehingga suplai valas terjaga dan rupiah kembali stabil.
"Penguatan confidence tersebut tercermin dari pelepasan dolar AS oleh investor asing dan bank, menyebabkan rupiah menguat sangat cepat di tengah kondisi pasar valas yang sangat likuid," ujar Nanang kepada kumparan, Rabu (7/11).
Selain faktor global masuknya dana investor asing, faktor domestik seperti rilis pertumbuhan ekonomi Indonesia yang mencapai 5,17 persen di kuartal III 2018 juga memberikan angin segar bagi rupiah.
"Rupiah perlu diberikan ruang untuk menguat, karena selama 2018 telah melemah terlalu tajam," kata dia.
ADVERTISEMENT
Nanang mengatakan, bank sentral akan tetap memonitor pergerakan rupiah. Namun, dia memastikan Bank Indonesia akan memberikan ruang untuk bekerjanya mekanisme pasar.
"Bank Indonesia terus memonitor dan mewaspadai penguatan rupiah ini, namun tetap akan lebih memberikan ruang bagi bekerjanya mekanisme pasar," jelasnya.
Kemenangan Partai Demokrat akan memberikan penyeimbang bagi peta politik di AS sekaligus mengurangi dominasi Partai Republik yang saat ini sangat menentukan arah pengelolaan fiskal AS ke depan dan proses legislasi berbagai kebijakan strategis.
Posisi mayoritas Partai Demokrat di Kongres AS berpotensi dapat mengganjal berbagai kebijakan Presiden Trump yang dinilai tidak berpihak pada market atau market friendly.