Bidik Pasar Afrika, Ekspor CPO Tahun Depan Dipatok Naik 8,8 Persen

3 November 2018 12:38 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi biji kelapa sawit (Foto: Thinkstock)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi biji kelapa sawit (Foto: Thinkstock)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit (GAPKI) memproyeksi ekspor minyak kelapa sawit dan lauric akan meningkat menjadi 34,4 juta ton di 2019. Angka ini berarti meningkat sekitar 8,8 persen dibandingkan proyeksi ekspor tahun ini.
ADVERTISEMENT
“Untuk tahun ini diperkirakan (ekspor) sawit dan lauric bisa 31,6 juta ton. Tahun depan 34,4 juta ton,” ungkap Wakil Ketua Umum III GAPKI bidang Urusan Perdagangan dan Keberlanjutan, Togar Sitanggang, saat 14th Indonesian Palm Oil Conference (IPOC) 2018 di Bali International Convention Center, Sabtu (3/11).
Kesempatan ekspor masih sangat terbuka lebar sebab menurut Togar banyak pasar non tradisional yang belum digarap optimal. Salah satunya adalah ekspor ke Afrika yang berpenduduk 1,3 miliar jiwa. Potensi tersebut menurut Togar masih sangat besar sebab selama ini Indonesia baru mengekspor 1,8 juta ton ke Afrika Selatan saja. Menurutnya, jika semua pihak mau terlibat menggarap pasar ekspor ini, maka tahun depan ekspor ke Afrika bisa ditingkatkan hingga dua kali lipat.
ADVERTISEMENT
Tumpukan kelapa sawit (Foto: AFP PHOTO / Adek BERRY)
zoom-in-whitePerbesar
Tumpukan kelapa sawit (Foto: AFP PHOTO / Adek BERRY)
Togar menjelasakan kondisi pasar Afrika saat ini lebih membutuhkan produk sawit dalam kemasan. Namun sayangnya, pelaku usaha di Indonesia belum tertarik untuk mengekspor minyak sawit dalam bentuk kemasan. Lagi-lagi menurut Togar, hal ini terbentur adanya pungutan ekspor.
“Gap besaran pungutan eskpor kemasan dengan minyak curah masih sebesar USD 10 per ton. Ini masih belum attractive bagi industri yang mengemas. Kalau ini bisa dilebarkan menjadi USD 15 ton, itu kan akan lebih mendorong eksportir untuk lebih mudah menjualnya ke Afrika,” ujarnya.
Artinya, untuk meningkatkan ekspor, tarif pungutan ekspor produk sawit dalam kemasan harus diturunkan. Siklus inipun akan berbuah positif sebab jika ekspor pesat maka Togar yakin hal ini akan mendorong investasi.
ADVERTISEMENT
“Kalau kapasitas sudah full, jadi kan lebih banyak investasi," tandasnya.