Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Bisnis Budidaya Udang Vannamei di Era Revolusi Industri 4.0
14 Desember 2018 0:09 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:04 WIB
ADVERTISEMENT
Popularitas budidaya udang vannamei semakin meningkat dalam beberapa tahun terakhir. Keberadaannya mampu menyaingi bahkan menggeser budidaya udang windu, yang telah menjadi idola para pelaku bisnis sejak bertahun-tahun yang lalu. Hal ini sangat positif bagi perkembangan bisnis budidaya udang di Indonesia, yang terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun.
ADVERTISEMENT
Menurut Direktur Jenderal Perikanan Budidaya Kementerian Kelautan dan Perikanan, Dr. Ir Slamet Soebjakto. M.Si, budidaya udang merupakan usaha di bidang akuakultur yang paling siap memasuki era industri 4.0. Apalagi, potensi sumber daya akuakultur Indonesia sangat besar, yang diperkirakan memiliki nilai ekonomi langsung sebesar USD 250 miliar pertahun.
“Kita memiliki potensi lahan efektif budidaya air payau seluas 2,8 juta hektare, Namun pemanfaatannya diperkirakan baru sekitar 21,64 % atau seluas 605.000 hektare, dimana dari luas tersebut, pemanfaatan lahan tambak produktif untuk budidaya udang diperkirakan mencapai 40 persen atau baru 242.000 hektare saja,” kata Slamet dalam sambutannya untuk acara talkshow tentang bisnis budidaya udang vannamei yang digelar oleh startup Mina Indonesia di Hotel Maxone Rawamangun, Jakarta Timur, pada Kamis (13/12).
ADVERTISEMENT
“Potensi yang sangat besar itu, jika mampu dimanfaatkan secara optimal akan mendongkrak konstribusi terhadap PDB Indonesia dimana sebagai gambaran tahun 2017 kontribusi sektor ini baru mencapai 2,57 persen terhadap PDB Indonesia”imbuhnya.
Slamet melanjutkan, BPS mencatat ekspor udang Indonesia dalam lima tahun terakhir tumbuh rata-rata 6,43 persen. Sedangkan menurut catatan KKP, volume ekspor udang hingga akhir tahun 2018 diyakini naik dari 147 ribu ton pada tahun 2017 menjadi 180 ribu ton. Sedangkan nilai ekspor naik dari USD 1,42 miliar tahun 2017 menjadi USD 1,80 miliar.
“Dalam lima tahun terakhir perkembangan volume produksi udang nasional memperlihatkan tren pertumbuhan yang positif dengan pertumbuhan rata-rata per tahun sebesar 15,7 persen.”
Potensi yang sangat besar di sektor budidaya udang inilah yang perlu dimanfaatkan oleh Indonesia. Apalagi, Indonesia menjadi satu-satunya negara produsen udang yang dinyatakan terbebas dari wabah EMS (Early Mortality Syndrome) yang telah mengakibatkan kerugian ekonomi besar dalam bisnis perudangan global.
Caranya adalah dengan pengelolaan proses produksi budidaya udang yang efisien, bertanggung jawab, dan berkelanjutan. “Ada dua faktor utama untuk menciptakan daya saing produk udang nasional yakni bagaimana menciptakan efisiensi produksi, dan keterjaminan mutu atau food safety,” jelas Slamet.
ADVERTISEMENT
Slamet mengingatkan, Indonesia kini dihadapkan pada etape baru perkembangan teknologi informasi yang sangat dinamis, atau yang disebut dengan industri 4.0. Slamet menegaskan, bahwa agar bisa terus bersaing secara global, sektor akuakultur terutama bisnis budidaya udang di Indonesia harus terus memanfaatkan perkembangan informasi teknologi.
“Upaya mentransformasi bisnis akuakultur ke dalam bagian industri 4.0, diharapkan akan memberikan solusi terbaik khususnya dalam membangun sebuah sistem produksi yang lebih efisien dan terukur mulai dari aspek teknis, manajemen, dan penguatan SDM,” tutupnya.
Story ini merupakan bentuk kerja sama dengan Direktur Jenderal Perikanan Budidaya.