news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Blok Rokan Pasca 2021: Diserahkan ke Chevron atau Pertamina?

6 Mei 2018 18:25 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Aktivitas pengeboran migas. (Foto: Resya Firmansyah/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Aktivitas pengeboran migas. (Foto: Resya Firmansyah/kumparan)
ADVERTISEMENT
Ladang minyak terbesar Indonesia, Blok Rokan, sudah hampir 50 tahun dikelola oleh PT Chevron Pacific Indonesia (CPI). Kontrak Chevron di blok ini akan habis 3 tahun lagi. Siapa yang akan mengelola Blok Rokan pasca 2021 masih belum ditentukan oleh pemerintah.
ADVERTISEMENT
Blok yang sudah menghasilkan 4,5 miliar barel minyak ini sudah diincar oleh beberapa pihak. Chevron sebagai kontraktor eksisting sudah mengajukan perpanjangan kontrak. PT Pertamina (Persero) juga mengincar Blok Rokan.
Pendiri Reforminer Institute, Pri Agung Rakhmanto, mengatakan baik Chevron maupun Pertamina memiliki kemampuan teknis yang mumpuni untuk mengelola Blok Rokan. Menurutnya, ada peluang kedua perusahaan itu bermitra dalam pengelolaan Blok Rokan di masa mendatang.
"Baik Pertamina maupun Chevron, dua-duanya mampu mengelola Blok Rokan. Ke depannya siapa pun di antara keduanya yang akan menjadi operator, kemungkinan akan saling berpartner," katanya saat dihubungi kumparan (kumparan.com), Minggu (6/5).
Pri Agung menekankan, yang terpenting adalah kemampuan mereka dalam menjaga produksi minyak di Blok Rokan. Siapa pun pengelolanya nanti juga harus bisa menemukan cadangan minyak yang baru, entah dengan melakukan eksplorasi baru ataupun dengan kegiatan Enhanced Oil Recovery (EOR) dalam skala besar.
ADVERTISEMENT
"Jadi diarahkan juga untuk menambah cadngan baru dalam jumlah signifikan. Itu yang harus jadi prioritas utama dalam pengelolaan Blok Rokan ke depan," tegasnya.
Pada 2017 lalu, Blok Rokan masih mampu menghasilkan minyak hingga 230.000 barel per hari (bph), hampir sepertiga dari total produksi minyak nasional saat ini. Berdasarkan hitungan Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas), biaya operasi Blok Rokan mencapai USD 1,4 miliar per tahun alias Rp 19,18 triliun (kurs Rp 13.700).
Perusahaan yang ingin mengelola Blok Rokan harus punya uang sebanyak itu untuk menjaga tingkat produksi. Maka Blok Rokan harus dikelola perusahaan yang punya modal besar.
Chevron (Foto: JUSTIN SULLIVAN/AFP)
zoom-in-whitePerbesar
Chevron (Foto: JUSTIN SULLIVAN/AFP)
Menurut Pri Agung, keuangan Pertamina cukup kuat untuk menggarap Blok Rokan. Apalagi sekarang Pertamina sudah mendapatkan Blok Mahakam dan 8 blok terminasi. Blok Mahakam dan blok-blok terminasi diyakini dapat meningkatkan laba Pertamina, sehingga kemampuan finansial BUMN perminyakan ini makin besar.
ADVERTISEMENT
"Kenapa tidak mungkin? Justru dari blok baru yang terminasi itu, Pertamina bisa menambah profitnya," kata dia.
Sesuai Peraturan Menteri ESDM Nomor 23 Tahun 2018, kontraktor eksisting mendapat prioritas pertama untuk mendapatkan perpanjangan di blok-blok migas yang habis kontrak (terminasi). Artinya, Chevron diberi kesempatan pertama untuk Blok Rokan.
Namun, bukan berarti Chevron otomatis mendapat perpanjangan kontrak dengan mudah, keuntungan untuk negara harus sebesar-besarnya. Chevron harus mengajukan proposal dengan penawaran terbaik.
Jika tawaran dari Chevron dinilai kurang menarik, Pertamina dipersilakan mengajukan proposal juga. Bila tawaran Pertamina juga kurang menguntungkan negara, blok tersebut akan dilelang.