Bocoran dari Sri Mulyani Soal Asumsi Makroekonomi Tahun 2020

23 April 2019 12:42 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Menteri Keuangan Sri Mulyani (kanan) berbincang dengan Kepala Staf Presiden Moeldoko (kiri) disela-sela Sidang Kabinet Paripurna tentang ketersediaan anggaran dan pagu indikatif 2020 di Istana Bogor, Jawa Barat, Selasa (23/4). Foto: ANTARA FOTO/Puspa Perwitasari
zoom-in-whitePerbesar
Menteri Keuangan Sri Mulyani (kanan) berbincang dengan Kepala Staf Presiden Moeldoko (kiri) disela-sela Sidang Kabinet Paripurna tentang ketersediaan anggaran dan pagu indikatif 2020 di Istana Bogor, Jawa Barat, Selasa (23/4). Foto: ANTARA FOTO/Puspa Perwitasari
ADVERTISEMENT
Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan pemerintah sudah merancang target asumsi makroekonomi untuk tahun 2020. Hal tersebut dibahas dalam sidang kabinet paripurna terkait pagu anggaran indikatif 2020 yang digelar di Istana Bogor, Selasa (23/4).
ADVERTISEMENT
Sri Mulyani mengatakan, untuk pertumbuhan ekonomi, pemerintah menargetkan pada tahun depan bisa mencapai 5,3 persen hingga 5,6 persen, inflasi antara 2-4 persen, dan suku bunga antara 5-5,3 persen.
"Presiden berharap kita bisa pacu (pertumbuhan ekonomi) sampai 5,6 persen," kata Sri Mulyani di Istana Bogor.
Sementara untuk nilai tukar rupiah, Sri Mulyani mengatakan pemerintah masih akan menggunakan range yang lebar. Saat ini, asumsi nilai tukar rupiah ditetapkan Rp 15 ribu per dolar AS, sementara realisasinya sudah berkisar Rp 14 ribu.
"Sementara harga minyak kita masih USD 60-70 per barel dan juga untuk lifting migas kira-kira setara dengan yang selama ini diproduksi meskipun angkanya masih dalam range," ujarnya.
Ilustrasi bongkar muat peti kemas Foto: ANTARA/Sigid Kurniawan
Menurut Sri Mulyani, konsumsi rumah tangga masih akan menjadi penopang pertumbuhan ekonomi. Pemerintah menargetkan konsumsi bisa tumbuh mencapai 5,2 persen. Sementara investasi diharapkan bisa mendekati 7,5 persen.
ADVERTISEMENT
"Ekspor tetap memiliki momentum tumbuh di sekitar 7 persen. Impor kita tetap jaga di 6 persen. Itu semuanya adalah komposisi agregat demand," ujarnya.
Sementara dari sisi suplai, Sri Mulyani mengatakan pemerintah akan terus melihat dari sisi produktivitas masing-masing sektor seperti pertanian, terutama manufaktur yang diharapkan bisa tumbuh.
"Manufaktur yang selama ini hanya 4-5 persen, kita harapkan bisa tumbuh lebih tinggi," katanya.