Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
ADVERTISEMENT
Menteri Keuangan Sri Mulyani membawa kabar baik sekembalinya dari menghadiri acara Spring Meetings International Monetary Fund – World Bank Group 2019 (IMF-WBG Spring Meetings 2019) di Washington DC pada Jumat 12 April 2019 lalu. Kabar baik tersebut berupa kondisi ekonomi global.
ADVERTISEMENT
“Kemarin disampaikan IMF bahwa kondisi ekonomi global mengalami pelemahan oleh karena itu revisi dari ekonomi dunia sekarang ini di bawah 3,5 persen, sekarang sudah 3,3 persen,” ungkap Sri Mulyani di Bintaro, Tangerang Selatan, Rabu (17/4).
Kondisi tersebut disebabkan oleh negara maju seperti Amerika Serikat dan China yang juga tengah mengalami pelemahan. Menurut Sri Mulyani kondisi pelemahan ekonomi global cukup drastis. Apalagi dibandingkan dengan proyeksi awal yang sebesar 3,9 persen, kini direvisi menjadi 3,3 persen.
Maka, kondisi ini mau tidak mau harus dilihat sebagai tantangan eksternal bagi Indonesia. Sedangkan para pengambil kebijakan pada akhirnya harus menyesuaikan diri dengan kondisi global tersebut. Misalnya The Federal Reserve yang dinilai lebih sabar dan akan melakukan sejumlah kajian ulang untuk mengatasi hal ini. Artinya kenaikan suku bunga yang sempat mengguncang emerging market alias negara-negara berkembang diprediksi tidak akan terjadi kembali.
ADVERTISEMENT
“Ini bagus untuk negara kita,” ujarnya.
Di sisi lain, saat ini baik negara maju atau berkembang, memiliki ruang fiskal yang terbatas. Sehingga kemampuan negara-negara untuk mengontrol pelemahan ini baik dari sisi moneter atau fiskal tidak terlalu besar.
“Ini menyebabkan kekhawatiran pelemahan ini bisa ditangani secara kuat karena space policy pada negara maju dan negara emerging itu terbatas,” ujarnya.
Namun beruntungnya, pada 2018 lalu ekonomi Indonesia tumbuh 5,17 persen. Sri Mulyani menilai angka tersebut termasuk yang sangat baik dibandingkan negara lain.
Tetapi tantangan 2019 menurutnya sedikit berbeda dengan tahun lalu. Untuk itu Indonesia dinilai harus tetap menjaga space kebijakan fiskal dan moneter agar memiliki ruang yang cukup untuk mengantisipasi kondisi global.
ADVERTISEMENT
“Yaitu bila terjadi pelemahan apakah ada untuk melakukan space dorongan ekonomi, kalau sampai terjadi ketegangan global dari sisi perdagangan bagaimana kita meresponnya,” tandasnya.