Boeing Max Masih Di-grounded, Lion Air Tanggung Biaya Parkir Rp 6 M

28 Juni 2019 13:28 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Petugas Inspektur Kelaikudaraan DKPPU Kementerian Perhubungan dan tekhnisi Lion Air melakukan pemeriksaan seluruh mesin dan kalibrasi dengan menggunakan alat simulasi kecepatan dan ketinggian pesawat pada pesawat Boeing 737-Max 8 milik Lion Air di Bandara Soekarno Hatta, Tangerang, Banten, Selasa (12/3). Foto: FOTO/Muhammad Iqbal
zoom-in-whitePerbesar
Petugas Inspektur Kelaikudaraan DKPPU Kementerian Perhubungan dan tekhnisi Lion Air melakukan pemeriksaan seluruh mesin dan kalibrasi dengan menggunakan alat simulasi kecepatan dan ketinggian pesawat pada pesawat Boeing 737-Max 8 milik Lion Air di Bandara Soekarno Hatta, Tangerang, Banten, Selasa (12/3). Foto: FOTO/Muhammad Iqbal
ADVERTISEMENT
Federal Administration Aviation (FAA) atau Badan Penerbangan Sipil Amerika Serikat masih melarang sementara (grounded) pesawat jenis Max buatan Boeing. Pelarangan dilakukan karena mereka masih menginvestigasi pesawat teknologi Max Boeing pasca kecelakaan di Indonesia dan Ethiopia.
ADVERTISEMENT
Salah satu maskapai yang berdampak atas grounded adalah Lion Air Group. Perusahaan milik Rusdi Kirana ini harus mengkandangkan 10 pesawat Boeing 737 Max-8 di bandara-bandara di Indonesia.
Presiden Direktur Lion Air Group Edward Sirait mengaku, biaya parkir per hari sekitar Rp 6 juta untuk satu pesawat. Meski tidak terbang, secara bisnis, perusahaan harus membayar biaya parkir kepada pengelola bandara.
Parking fee per hari itu sekitar Rp 6 juta per pesawat,” kata Edward di Batam Aero Technic (BAT), Batam, Kepulauan Riau, Kamis (27/6) malam.
Tapi Edo, sapaan Edward, tak ingin menyebutkan total biaya yang harus dikeluarkan hingga saat ini.
Berdasarkan catatan kumparan, FAA menetapkan grounded pada Boeing 737 Max pada 15 Maret 2019, tapi pemerintah telah menerapkan larangan ini pada maskapai nasional pada 12 Maret 2019 atau 100 hari hingga saat ini. Dengan hitungan tersebut, Lion Air harus menanggung biaya parkir Rp 6 miliar.
ADVERTISEMENT
Adapun sikap Lion Air pada Boeing, kata Edo, hingga saat ini masih menunggu keputusan FAA. Langkah yang sama juga diambil maskapai dari negara lain. Edo yakin Boeing juga pasti memikirkan mitra mereka terhadap kejadian ini.
Tapi, untung jangka panjang, Edo mengaku bakal berkomunikasi dengan produsen pembuatan pesawat asal AS untuk menindaklanjuti nasib pesawat mereka. Negara lain pun bakal melakukan hal sama, sesuatu yang normal secara bisnis.
“Kami nunggu saja, berpikir positif. Mereka (Boeing) harusnya menawarkan (solusi) tapi belum nih. Mungkin belum final. Tapi kalau enggak (ada kabar) kami samperin dan kami sudah mempersiapkan itu, tapi kan enggak bisa asal desak. Dan itu berlaku untuk juga (dipikirkan maskapai dari negara lain),” papar Edo.
Presiden Direktur Lion Air Group, Edward Sirait, dalam Diskusi Media di Batam Aero Technic, Batam (berbaju biru kotak-kotak). Foto: Ema Fitriyani/kumparan
Selain biaya parkir, Lion Air juga terbebani biaya perawatan pesawat meski semua Boeing 737 Max 8 punya perusahaan dikandangkan. Perawatan Boeing 737 Max 8 ini dicek oleh teknisi dari Batam Aero Technic (BAT), anak perusahaan Lion Air di bidang Maintance, Repair, Overhaul (MRO).
ADVERTISEMENT
General Manager Base Maintance BAT Riki Supriadi Suparman, maskapai Lion Air tetap harus membayar biaya perawatan ke BAT. Biaya perawatan ditentukan dari berapa lama pengecekan per jam menggunakan kurs dolar AS.
"Selain parking fee, lalu perawatannya juga kena biaya. Kemarin udah rawat juga, udah dicek. Biaya maintance yang bayar maskapai ke MRO sini," ucapnya.