Bos AirAsia Ungkap Rahasia Tebar Harga Tiket Pesawat Murah

24 Juni 2019 20:08 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pesawat udara parkir di Apron Bandara I Gusti Ngurah Rai, Badung, Bali, Kamis (7/3/2019). Foto: ANTARA FOTO/Fikri Yusuf
zoom-in-whitePerbesar
Pesawat udara parkir di Apron Bandara I Gusti Ngurah Rai, Badung, Bali, Kamis (7/3/2019). Foto: ANTARA FOTO/Fikri Yusuf
ADVERTISEMENT
Baru-baru ini AirAsia menebar banyak diskon pada harga tiket pesawat sebanyak 5 juta kursi. Tak tanggung-tanggung, perusahaan menjual tiket Jakarta-Singapura hanya Rp 150 ribu dan rute Surabaya ke Bali dijual mulai dari Rp 359 ribu.
ADVERTISEMENT
Diskon diberikan di tengah mahalnya harga tiket pesawat yang dijual maskapai lain seperti Citilink dan Lion Air. Di sisi lain, industri maskapai juga tengah berat menghadapi biaya operasional yang mahal seperti beban pembayaran leasing dan avtur.
Mengapa AirAsia berani melakukannya?
Direktur Utama AirAsia Indonesia, Dendy Kurniawan, mengungkapkan alasan perusahaan berani memberikan harga miring pada penumpang saat ini karena perusahaan berusaha melakukan efisiensi.
Pertama, perusahaan hanya mengoperasikan satu jenis pesawat yakni Airbus A320. Kondisi ini membuat perusahaan tak ribet dengan keberadaan pilot yang memiliki sertifikasi terbang jenis pesawat lain.
"Ini memudahkan managing human resources. Sertifikat pilotnya cuma itu (Airbus A320). Jadi, ini nilai plus kami dibandingkan maskapai lain yang mengoperasikan pesawat jenis lain, enggak bisa menggantikan cadangan pilot. Itu dari sisi kru," kata dia, Senin (24/6).
ADVERTISEMENT
Alasan kedua adalah dengan hanya mengoperasikan satu jenis pesawat, dari sisi biaya perawatan spare part-nya pun lebih murah. Kantong perusahaan jadi hemat.
Ketiga, AirAsia Indonesia merupakan bagian dari AirAsia Group. Dengan punya perusahaan besar, bisnis yang dijalankan masih bisa sesuai dengan keekonomian.
Dengan kekuatan group, dari sisi pembelian dan penyewaan pesawat kepada produsen Airbus pun akan lebih murah karena memesan dalam jumlah banyak. Beda halnya ketika hanya AirAsia Indonesia yang mengajukan pembelian atau penyewaan pesawat seorang diri ke Airbus.
CEO AirAsia Indonesia, Dendy Kurniawan. Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
Keempat, utilisasi pesawat. Dendy mengaku perusahaan memaksimalkan pesawat yang ada dengan meningkatkan keterisian bangkunya.
Perusahaan harus pintar mengoperasikan pesawat yang dimiliki dan disewa AirAsia agar tidak menjadi beban. Sebab, biaya sewa pesawat kebanyakan dibayar dengan menggunakan dolar AS.
ADVERTISEMENT
"Kalau kami rata-rata utilisasi 12,5 jam per hari. Kami punya target 13 jam. Kendalanya adalah pengelola airport enggak buka 24 jam. Kami sampaikan itu kalau enggak 24 jam ya utilisasi terbatas. Dengan utilisasi tinggi ini, cost kami efisiensi," ucap dia.
Meski begitu, Dendy mengakui avtur menjadi salah satu instrumen besar dalam biaya operasional maskapai. Dia berharap harganya bisa lebih murah. Dia juga mengapresiasi langkah pemerintah yang berencana menghapus pajak sewa pesawat dalam negeri.
"Artinya pemerintah peduli agar bisnis ini berjalan baik dan bisa memberikan harga terjangkau pada masyarakat, jadi bisa support ekonomi masyarakat juga," ujarnya.