Bos Lion Group: Mau Tepat Waktu, Tiket Pesawat Enggak Bisa Murah

26 Februari 2019 17:05 WIB
comment
3
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Dubes KBRI Malaysia, Rusdi Kirana Foto: Kelik Wahyu/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Dubes KBRI Malaysia, Rusdi Kirana Foto: Kelik Wahyu/kumparan
ADVERTISEMENT
Bos yang juga pendiri maskapai penerbangan Lion Group, Rusdi Kirana, angkat bicara soal kisruh harga tiket pesawat mahal, yang banyak dipersoalkan masyarakat. Menurutnya, harga tiket berhubungan dengan ketepatan waktu penerbangan.
ADVERTISEMENT
Rusdi yang kini menjabat Duta Besar Indonesia di Malaysia menyatakan, selama ini maskapai Lion Group beroperasi 11 jam per hari. Hal ini sebagai salah satu strategi mengejar tiket murah.
Namun dengan jam operasi yang panjang, jelasnya, menyebabkan jadwal tidak on time sehingga memicu protes publik.
"Lion sering diomelin karena telat atau delay melulu. Nah sekarang jadi 7 jam beroperasi, supaya bisa tepat waktu. Tapi konsekuensinya tiket enggak lagi bisa murah," kata Rusdi saat menerima kunjungan Gubernur Nusa Tenggara Barat, Zulkieflimansyah dan rombongan, di KBRI Kuala Lumpur, Senin (25/2).
Rusdi seperti dikutip dari Antara, mengakui melambungnya harga tiket pesawat memang jadi persoalan baru di dunia transportasi udara.
Ilustrasi Lion Air Group Foto: Aditia Noviansyah/kumparan
Untuk mengatasi masalah itu, menurutnya butuh kerja sama yang baik dan terpadu antara maskapai dengan pemerintah daerah dan juga PT Angkasa Pura sebagai pengelola bandara-bandara di berbagai wilayah.
ADVERTISEMENT
Hal itu dia sampaikan, menanggapi permintaan Zulkieflimansyah, yang meminta Lion Group memperbanyak frekuensi dan rute penerbangan dari dan menuju Lombok, sekaligus menurunkan harga tiket penerbangan. Hal ini diperlukan untuk membantu percepatan pemulihan pariwisata di provinsi itu pascagempa.
"Harga tiket yang mahal ini jelas memukul upaya pariwisata NTB untuk bangkit dari keterpurukan pascagempa. Begitu juga makin berkurangnya direct flight ke Lombok," kata Zulkieflimansyah dalam keterangan tertulis, Selasa (26/2).