Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.1
ADVERTISEMENT
Layanan MRT Jakarta rute Bundaran HI-Lebak Bulus sudah beroperasi secara komersial melayani masyarakat lebih dari 4 bulan. Sejak diresmikan Presiden Joko Widodo atau Jokowi pada 24 Maret 2019, masyarakat menyambutnya secara antusias.
ADVERTISEMENT
Hal itu terlihat dari jumlah penumpang yang terus meningkat. Direktur Utama PT MRT Jakarta, William Sabandar, mengungkapkan mulanya hanya menargetkan 65.000 penumpang setiap harinya. Pada posisi Juli 2019, rata-rata penumpang MRT mencapai 93.000 orang per hari.
“Tapi ketika kita mulai beroperasi di awal-awal itu sudah 70.000 (penumpang), naik 80.000, kemudian 90.000. Nah, total rata-rata itu dari April ke sekarang di 81.000 karena dari bawah naik pelan-pelan,” kata William saat berbincang dengan program The CEO kumparan di Kantor PT MRT Jakarta.
William mengatakan sebelum dikomersialkan, masyarakat ramai menjajal MRT pada hari Sabtu dan Minggu. Saat ini, jumlah penumpang MRT di akhir pekan tidak sebanyak ketika hari kerja.
Dengan jumlah penumpang yang selalu meningkat, William mematok target penumpang MRT sampai akhir tahun rata-rata bisa mencapai 100.000 orang per hari.
ADVERTISEMENT
“(Target) Per hari 100.000 (penumpang). Jadi yang rata-rata per bulan saya bilang Juli angkanya 93.000 itu rata-rata. Jadi ada hari di mana mendapat 70.000 tapi ada hari 100.000. Selalu progres kita mulainya kira-kira 80.000 di Senin sampai di Jumat itu sudah 100.000. Nah kalau dirata-ratakan itu,” ujar William.
William merasa naiknya jumlah penumpang MRT ada hubungannya dengan kemacetan di Jakarta. Ia menganggap masyarakat sudah jenuh dengan kemacetan ibu kota. Sehingga hadirnya MRT, menurut William, bisa menjadi solusi dari permasalahan tersebut. Apalagi, MRT menawarkan tingkat ketepatan waktu (On Time Performance/OTP) kereta hingga 100 persen, kecuali saat gangguan mati listrik massal yang memicu layanan harus berhenti.
“Saya membayangkan hari Jumat itu orang sudah berpikir waduh daripada macet lebih baik mereka ke Lebak Bulus atau Fatmawati (naik MRT). Nanti dari situ baru mereka pikirkan transportnya. Sehingga di Jumat itu angkanya selalu naik,” ungkap William.
ADVERTISEMENT
Meningkatnya jumlah penumpang tentu membuat pendapatan MRT meningkat. Sejauh ini, kata William, dari pendapatan penjualan tiket saja sudah mencapai angka Rp 25 miliar per bulannya.
“Bulan lalu (Juli) kita dengan angka 70.000 sampai 93.000 (penumpang) itu pendapatan dari tiket dengan 93.000 penumpang per hari pendapatan dari tiket kita itu mencapai Rp 25 miliar per bulan,” ungkap William.
Ia mulanya mengaku pesimistis bisa mendapatkan angka tersebut. Sebab, MRT setelah diresmikan Jokowi masih menerapkan diskon tiket hingga 50 persen. Ia saat itu khawatir penggunaan MRT menurun karena tiket mulai berbayar penuh.
“Jadi sebenarnya kalau kita lihat willingness to pay-nya masyarakat betul-betul ada” tutur William.
William menargetkan pendapatan dari penjualan tiket bisa mencapai Rp 175 miliar hingga akhir tahun. Ia optimis jumlah itu berhasil dicapai.
ADVERTISEMENT
“(Dari tiket) Rp 175 miliar. Lewat, saya optimis akan tercapai,” ungkap William.
Sementara itu, pendapatan di luar tiket seperti dari iklan dan naming rights nama-nama stasiun MRT, William mematok angka sampai Rp 200 miliar. Ia percaya pendapatan sebesar itu bisa menutupi subsidi tiket yang diberikan.
“Dari naming rights, kemudian kita dapat dari iklan, dari retail, dari communication, kita dapat dari partisipasi di stasiun-stasiun kita. Nah ini berikutnya kita akan masuk ke TOD,” tutur William.
Untuk menambah kenyamanan masyarakat, layanan MRT akan terintegrasi dengan Transjakarta hingga LRT. Selain itu, PT MRT Jakarta sedang menyiapkan tempat menurunkan penumpang yang menggunakan ojek online dari atau menuju stasiun MRT.
William tidak mau proses naik-turun penumpang transportasi online dilakukan di sembarang tempat yang memicu kemacetan. Ia memastikan segala permasalahan itu akan diselesaikannya secara perlahan.
ADVERTISEMENT
“Anda lihat di Lebak Bulus memang dengan seiring bertambahnya armada mikro dari Jaklingko itu nanti akan ada tempat-tempat lain yang kita fasilitasi masuk ke stasiun-stasiun MRT,” terang William.
Selain itu, William menyadari diperlukan tambahan park and ride untuk masyarakat. Ia merasa lahan parkir di stasiun belum maksimal dalam melayani penumpang yang akan naik MRT.
Untuk itu, pihaknya bertekad memperhatikan fasilitas parkir untuk kenyamanan para penumpang dengan menggandeng Pemprov DKI atau pihak swasta. Sejauh ini park and ride ada di Lebak Bulus, Fatmawati, dan yang terbaru berada di South Quarter.
“Itu mesti ditambah lagi, dikelola lagi. Kalau park and ride-nya tertata dengan bagus kan jumlah orang (naik MRT) akan lebih banyak lagi,” tutur William.
Selain memperhatikan integrasi transportasi, William menginginkan para pejalan kaki yang akan naik MRT juga diperhatikan. Ia membeberkan saat ini sedang berkoordinasi dengan Dinas Bina Marga DKI Jakarta terkait revitalisasi trotoar di sekitar Stasiun MRT.
ADVERTISEMENT
Ia mengharapkan trotoar-trotoar yang dibangun bisa masuk ke dalam pemukiman masyarakat. Sehingga mereka nyaman saat menuju Stasiun MRT dengan berjalan kaki atau naik sepeda.
“Kita ajak masyarakat untuk ikut bekerja sama untuk menyiapkan kawasan-kawasan di wilayah mereka untuk nyaman bagi pejalan kaki, bagi orang yang menggunakan sepeda dan transportasi publik,” ungkap William.
William menegaskan langkah-langkah perbaikan yang dilakukannya itu dalam rangka peningkatan layanan. Ia percaya dengan upaya yang disiapkan itu bisa membuat jumlah penumpang MRT terus bertambah.