BPS: Alhamdulillah Neraca Dagang Surplus USD 210 Juta di Mei 2019

24 Juni 2019 11:47 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kepala BPS Suhariyanto saat konfrensi press Neraca Perdagangan Mei 2019. Foto: Nicha Muslimawati/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Kepala BPS Suhariyanto saat konfrensi press Neraca Perdagangan Mei 2019. Foto: Nicha Muslimawati/kumparan
ADVERTISEMENT
Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan neraca perdagangan selama Mei 2019 mencatatkan surplus sebesar USD 0,21 miliar (USD 210 juta). Angka ini lebih tinggi dibandingkan bulan sebelumnya yang defisit USD 2,5 miliar.
ADVERTISEMENT
Namun secara kumulatif sejak Januari-Mei 2019, neraca dagang masih mencatatkan defisit sebesar USD 2,14 miliar.
"Alhamdulillah neraca perdagangan kita di bulan Mei 2019 mencatatkan surplus USD 0,21 miliar ," ujar Kepala BPS Suhariyanto di kantornya, Jakarta, Senin (24/6).
Ekspor
Secara rinci, nilai ekspor selama bulan lalu sebesar USD 14,74 miliar, naik 12,42 persen dibandingkan bulan sebelumnya atau month to month (mtm), namun turun 8,9 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu atau year on year (yoy).
Ekspor migas maupun nonmigas mencatat mengalami kenaikan. Adapun ekspor migas mencapai USD 1,11 miliar atau naik 50,19 persen (mtm), sementara ekspor nonmigas mencapai USD 13,63 miliar, naik 10,16 persen (mtm).
Secara kumulatif sejak awal tahun ini hingga akhir bulan lalu, laju ekspor sebesar USD 68,46 miliar, turun 8,61 persen (yoy).
ADVERTISEMENT
Berdasarkan sektornya, ekspor pertanian mencapai USD 320 juta, meningkat 25,19 persen (mtm) dan naik 2,58 persen (yoy). Komoditas yang mengalami kenaikan yakni sarang burung, kopi, tanaman obat dan aromatik, rempah-rempah, dan hasil hutan bukan kayu lainnya.
Ekspor industri pengolahan mencapai USD 11,16 miliar, naik 12,4 persen (mtm), namun turun 4,99 persen (yoy). Adapun komoditas yang mengalami kenaikan yakni minyak kelapa sawit, pakaian jadi dan tekstil, besi dan baja, serta logam mulia.
Aktivitas bongkar muat peti kemas di Pelabuhan Tanjung Priok. Foto: ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra
Sektor pertambangan mencapai USD 2,15 miliar, turun 1,76 persen (mtm) dan turun 14,33 persen (yoy). Hal ini dipengaruhi oleh penurunan harga sejumlah komoditas di sektor pertambangan.
Selama Januari-Mei 2019, ekspor ke China, AS, dan Jepang masih menjadi tujuan utama, masing masing naik 15,13 persen (yoy), 11,49 persen (yoy), dan naik 8,98 persen (yoy).
ADVERTISEMENT
Impor
Selama bulan lalu, impor tercatat sebesar USD 14,53 miliar, turun 5,62 persen (mtm) dan turun 17,71 persen (yoy).
Impor migas maupun nonmigas mengalami penurunan. Untuk impor migas mencapai USD 2,09 miliar atau turun 6,41 persen (mtm). Sementara impor nonmigas mencapai USD 12,44 miliar atau turun 5,48 persen (mtm).
Berdasarkan penggunaan barangnya, impor barang konsumsi sebesar USD 1,54 miliar, naik 5,62 persen (mtm), namun turun 10,86 persen (yoy). Adapun komoditas yang mengalami kenaikan adalah bawang putih, anggur, alat elektronik, dan obat-obatan.
Sementara impor bahan baku sebesar USD 10,66 miliar atau turun 7,82 persen (mtm) dan turun 19,13 persen (yoy). Komoditas yang mengalami penurunan adalah mobile phone tanpa baterai, raw sugar, dan kapas.
ADVERTISEMENT
Sementara impor barang modal sebesar USD 2,33 miliar atau turun 1,76 persen (mtm) dan turun 15,24 persen (yoy).
Secara kumulatif sejak Januari hingga Mei 2019, total impor sebesar USD 70,6 miliar atau turun 9,23 persen (yoy).
Impor dari China, Jepang, dan Thailand masih mendominasi Indonesia, masing-masing naik sebesar 29,31 persen (yoy), 10,5 persen (yoy), dan 6,43 persen (yoy).