BTN Berharap Holding BUMN Keuangan Perkuat Pembiayaan Perumahaan

10 Februari 2019 20:52 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pembangunan rumah (ilustrasi). Foto: Antara/Mohamad Hamzah
zoom-in-whitePerbesar
Pembangunan rumah (ilustrasi). Foto: Antara/Mohamad Hamzah
ADVERTISEMENT
Pemerintah masih mengkaji pembentukan holding BUMN keuangan. Rencananya, penggabungan bank pelat merah dalam satu induk holding ini rampung pada Mei 2019. Salah satu anggota holding adalah PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk atau BTN.
ADVERTISEMENT
Direktur Utama BTN Maryono berharap adanya holding keuangan peran perusahaan yang tengah dipimpinnya ini bisa semakin kuat dalam memberikan pembiayaan di sektor perumahan.
"Ya kita harapannya dipertegas perannya di perumahan," kata dia saat ditemui di acara ulang tahun BTN ke-69 tahun di Plenary Hall, JCC, Jakarta, Minggu (10/2).
Sejak berdiri, BTN fokus dalam penyaluran kredit rumah. Maryono menuturkan, perusahaan sudah menyalurkan kredit senilai Rp 523 triliun sejak berdiri 69 tahun lalu.
Total kredit tersebut telah disalurkan untuk lebih dari 4,5 juta keluarga di Indonesia. Penyaluran kredit semakin meningkat dengan adanya program sejuta rumah sejak tahun 2015.
"Di mana program memacu Bank BTN untuk melakukan inovasi produk KPR dan skema kredit yang memudahkan masyarakat berpenghasilan rendah hingga milenial untuk memiliki rumah,” jelasnya.
Direktur Utama Bank BTN Maryono dalam konferensi pers Paparan Kinerja Per 30 September 2018 di Menara Bank BTN, Jakarta, Kamis (25/10). Foto: Nugroho Sejati/kumparan
Menurut dia, untuk tahun ini pemerintah telah meminta BTN membiayai lebih banyak rumah. Tercatat, porsi BTN untuk program satu juta rumah 2019 mencapai 850.000 unit, lebih tinggi dibandingkan tahun lalu 750.000 unit.
ADVERTISEMENT
Maryono mengatakan perusahaan bakal mengeluarkan obligasi senilai Rp 3 triliun pada Triwulan II 2019. Pendanaan surat utang ini untuk menggenjot penyaluran kredit ke masyarakat.
"Kita bakal terbitkan obligasinya Rp 3 triliun, sisanya nanti dari pendanaan lain seperti sekuritasasi," kata dia.
Saat ini, Indonesia masih mengalami backlog atau kekurangan jumlah rumah, semenatara permintaan terus meningkat. Dia menyebutkan, jumlah backlog saat ini masih 11 juta unit lagi.