Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
ADVERTISEMENT
Harga beras Indonesia lebih mahal dibanding harga di pasar internasional. Dampaknya, Indonesia sulit melakukan ekspor beras karena kalah murah.
ADVERTISEMENT
Direktur Utama Perum Bulog , Budi Waseso, menuturkan bahwa pihaknya pada awal tahun ini sempat berencana melakukan ekspor beras. Namun gagal karena harga beras Bulog terlalu mahal dibanding beras Thailand atau Vietnam.
Menurut hitungan pria yang akrab disapa Buwas ini, rata-rata harga beras internasional ada di kisaran Rp 6.200 per kg, sedangkan beras di Indonesia paling murah Rp 8.000 per kg.
“Harga internasional rata-rata Rp 6.200 per kg sekarang ya, dengan produksi beras sama dengan itu, (di Indonesia) nilai paling rendah adalah Rp 8.000 per kg,” ujar Buwas saat ditemui di Hotel Royal Kuningan, Jakarta, Kamis (4/7).
“Enggak mungkin kita bersaing itu, patokannya kalau kita ekspor patokannya harga internasional,” tegasnya.
ADVERTISEMENT
Buwas menyebut, mahalnya harga beras di Indonesia disebabkan oleh biaya produksi yang juga besar karena pertanian masih dilakukan dengan cara-cara manual.
Sedangkan, negara-negara lain seperti Vietnam telah menggunakan mekanisasi pertanian, sehingga bisa lebih efisien. “Kualitasnya (beras) sama tapi kita cost-nya (di Indonesia) tinggi, (masih) konvensional,” tutupnya.
Kini Buwas punya rencana baru agar beras Bulog tak busuk di gudang, yakni mengolahnya menjadi tepung terigu.
“Tepung terigu beras, banyak negara yang membutuhkan itu. Filipina juga butuh itu. Papua Nugini, tapi secara keseluruhan kan membutuhkan itu,” tutupnya.