Buwas: Keputusan Impor Beras Bulog Dilakukan Sebelum Saya Jadi Dirut

18 September 2018 14:42 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:06 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pekerja memanggul beras di gudang Perum Bulog Subdivisi Regional Meulaboh, Aceh Barat, Aceh, Selasa (4/9/2018).  (Foto: ANTARA FOTO/Syifa Yulinnas)
zoom-in-whitePerbesar
Pekerja memanggul beras di gudang Perum Bulog Subdivisi Regional Meulaboh, Aceh Barat, Aceh, Selasa (4/9/2018). (Foto: ANTARA FOTO/Syifa Yulinnas)
ADVERTISEMENT
Direktur Utama Perum Bulog Budi Waseso (Buwas) buka-bukaan mengenai polemik impor beras sebanyak total 2 juta ton yang kuotanya diberikan oleh Kementerian Perdagangan. Menurut Buwas, keputusan impor beras disetujui oleh dirut Bulog yang lama yaitu Djarot Kusumayakti, bukan dia.
ADVERTISEMENT
"Yang sekarang impor datang itu yang dulu 1,8 juta ton sudah diputus dan dilaksanakan sebelum saya jadi dirut," tegas Buwas dalam acara launching Politeknik Pembangunan Pertanian di Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Selasa (18/9).
Setelah dia menjadi dirut, Buwas hanya mengatur kedatangan beras-beras impor tersebut ke Indonesia. Menurut Buwas, beras impor didatangkan secara bertahap agar proses penyerapan beras petani tidak terganggu. Selain itu, cara ini dilakukan untuk menekan anjloknya harga beras petani.
"Keputusan negara yang pada saat itu impor 1,8 juta ton itu datangnya bertahap dan itu saya atur. Kenapa? Supaya tidak menganggu produksi petani situasi harus kita amankan jangan sampai (terjadi) gejolak dong ya, maka sekarang datang memang pelan-pelan. Tapi ya itulah proses yang saya lakukan supaya tidak menggangu produksi tani kita harus berpihak kepada petani," jelas Buwas.
ADVERTISEMENT
Sebelumnya, Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita buka suara dan membeberkan polemik impor beras sebanyak 2 juta ton yang kuotanya diberikan kepada Perum Bulog pada tahun ini. Polemik ini kemudian melebar hingga ke ranah politik.
Menurut Enggar, keputusan memberikan jatah impor beras sebanyak 2 juta ton kepada Perum Bulog adalah keputusan bersama yang disepakati antara dia, Menteri Pertanian Amran Sulaiman, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution dan Direktur Perum Bulog saat itu Djarot Kusumayakti.
Dirut Bulog, Budi Waseso memastikan sembako Bulug didalam truk (Foto: Jamal Ramadhan/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Dirut Bulog, Budi Waseso memastikan sembako Bulug didalam truk (Foto: Jamal Ramadhan/kumparan)
Enggar menjelaskan keputusan impor beras tahap I diberikan kepada Bulog di bulan Januari 2018 lalu sebesar 500 ribu ton. Bulog berhasil mengeksekusi jatah impor tersebut di Februari 2018. Keputusan impor beras 500 ribu ton saat itu diberikan karena stok beras Bulog di bawah 1 juta ton dan harga beras di pasaran sudah naik lebih dari 10 persen.
ADVERTISEMENT
"Maka pemerintah wajib impor, itu rapat di Kantor Wapres (Wakil Presiden) arahan Pak Wapres (Jusuf Kalla), dihadiri Mentan, Mendag, Menko Perekonomian lengkap, dan Dirut Bulog pada saat itu," beber Enggar saat ditemui di Gedung DPR RI, Senayan, Jakarta, Senin (17/9).
Setelah Bulog diberikan jatah 500 ribu ton, kembali pemerintah memberikan tambahan kuota impor beras dengan jumlah yang sama di awal bulan April 2018. Menyusul kemudian keputusan tambahan impor tahap III masih di bulan April juga, Bulog mendapatkan lagi jatah sebanyak 1 juta ton.
Jadi total impor beras tahap II dan III sebanyak 1,5 juta ton. Keputusan tersebut menurut Enggar, diiyakan oleh Dirut Perum Bulog saat itu Djarot Kusumayakti.
ADVERTISEMENT
"Ada berita acaranya semua," tegas Enggar.
Berikut ini rincian kedatangan beras impor Bulog di 2018:
Total pada periode Januari-Agustus 2018, Bulog sudah mengimpor sebanyak 1.498.930,5 ton dengan nilai USD 700 juta.