Cadangan Devisa RI Terkuras Sedikit karena Suku Bunga BI Naik

7 Juli 2018 11:13 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:07 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi Bank Indonesia (Foto: Iqbal Firdaus/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Bank Indonesia (Foto: Iqbal Firdaus/kumparan)
ADVERTISEMENT
Bank Indonesia (BI) mencatat cadangan devisa (cadev) Indonesia hingga akhir Juni 2018 sebesar USD 119,8 miliar, turun USD 3,1 miliar dibandingkan akhir Mei 2018 yang sebesar USD 122,9 miliar.
ADVERTISEMENT
Penurunan cadev tersebut juga lebih dalam dibandingkan bulan Mei 2018 yang menyusut USD 2 miliar dari akhir April 2018 sebanyak USD 124,9 miliar. Namun, penurunan cadangan devisa di bulan Juni 2018 tersebut bukan yang tertinggi.
Adapun pada Februari 2018 cadev tercatat USD 128,06 miliar, tercatat sebagai penurunan tertinggi, yakni USD 3,9 miliar. Ini menjadi penurunan bulanan terbesar cadev di periode Januari-Juni 2018.
Ekonom Bank Central Asia (BCA) David Sumual mengatakan, meski penurunan cadangan devisa pada Juni 2018 lebih kecil dari Februari 2018, tekanan yang dihadapi Indonesia masih tidak banyak perubahan. Di awal tahun ini, penurunan cadev terjadi akibat BI mengintervensi rupiah yang melemah akibat sentimen yield surat utang Pemerintah AS (US Treasury) yang naik hingga melebihi 3%.
ADVERTISEMENT
Ilustrasi Mata Uang Dolar (Foto: Jamal Ramadhan/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Mata Uang Dolar (Foto: Jamal Ramadhan/kumparan)
"Februari kan sempat deres terus mereda. Ini pukulannya masih ada dan malah makin bertambah. Ditambah dengan risiko perang dagang, plus China yang melonggarkan kebijakan moneternya," ujar David kepada kumparan, Sabtu (6/7).
Ekonom Bank Permata Josua Pardede menjelaskan pada kuartal II tahun ini intervensi BI lebih terukur. Kenaikan suku bunga sebesar 100 basis poin (bps) ke level 5,25% hingga saat ini juga dinilai cukup berpengaruh.
"Tidak melulu setiap rupiah lemah diintervensi. Makanya di kuartal II 2018 penurunan cadangan devisa lumayan kecil. Kalau awal tahun, volatilitasnya cepat pada Januari-Februari," katanya.
Dia pun menilai, posisi cadev pada bulan lalu masih aman. Sebab masih bisa membiayai 7,2 hingga 6,9 bulan impor, jauh di atas standar kecukupan untuk membiayai 3 bulan impor.
ADVERTISEMENT
"Ini masih cukup untuk jadi buffer absorb volatilitas rupiah. Karena kan di bulan lalu pun BI sudah naikkan suku bunga acuan 50 bps. Jadi, meski intervensi jalan, BI masih menjaga cadangan devisa cukup tinggi," tambahnya.