CEO Blue Bird Berharap Taksi Listrik Diproduksi di RI Supaya Murah

28 Juni 2019 17:44 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
PT Blue Bird Tbk (BIRD) telah meluncurkan layanan taksi dengan mobil listrik. Hal ini membuat Blue Bird sebagai perusahaan taksi pertama di Indonesia yang menggunakan armada ramah lingkungan tersebut. Ada 30 unit armada, terdiri dari merek BYD dan Tesla. Direktur Utama Blue Bird, Noni Purnomo menilai, layanan taksi listrik merupakan upaya perusahaan mendukung program membirukan langit Jakarta atau mengurangi polusi udara di ibukota.
ADVERTISEMENT
Meski demikian, Blue Bird dalam waktu dekat belum memiliki rencana untuk menambah lagi jumlah taksi listrik.
“Kalau banyak masyarakat Jakarta yang ingin menunjang hashtag birukan langit Jakarta, setelah ini kita bisa menambah,” kata Noni dalam perbincangan dengan The CEO kumparan, di Kantor Pusat Blue Bird, Jakarta Selatan, Kamis (20/6).
Noni Sri Ayati Purnomo, Direktur Utama Blue Bird. Foto: Helmi Afandi Abdullah/kumparan
Sejauh ini, layanan taksi listrik masih disubsidi karena harga kendaraan bisa 3 kali lipat dari harga mobil berbahan bakar fosil. Namun, tarif taksi masih sama dengan taksi reguler, sehingga hitungan bisnis belum menguntungkan dalam jangka pendek.
“Harga mobilnya 3 kali lipat, tarif taksinya sama. Nah kita masih melihat economic benefit-nya,” tuturnya.
Karena sebagai proyek percontohan, Blue Bird berharap ada insentif terhadap pengoperasian kendaraan ramah lingkungan ini. Sejauh ini, impor kendaraan telah memperoleh insentif Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM).
ADVERTISEMENT
Namun, hal tersebut dipandang masih belum mampu membuat biaya pembelian dan biaya operasional mobil listrik setara atau lebih rendah dari taksi reguler. Ia berharap pemerintah bisa memberikan insentif lain seperti di China atau Norwegia, yakni diskon tarif tol hingga bebas biaya parkir untuk kendaraan listrik.
“Kalau kendaraan electric ya enggak bayar parkir. Kendaraan electric ya enggak bayar tol karena itu kan mensubsidi zero emission,” tambahnya.
Seorang petugas mengisi daya mobil taksi listrik Bluebird (e-Taxi) di Kantor Pusat Bluebird Group, Mampang Prapatan, Jakarta, Senin (22/4/2019). Foto: Irfan Adi Saputra/kumparan
Selain itu, wanita yang memperoleh gelar Master of Business Administration (MBA) dari University of San Francisco AS ini berharap, pemerintah dan industri bisa mengembangkan dan memproduksi mobil listrik di Indonesia.
Baginya, pengembangan industri mobil listrik adalah pekerjaan bersama yang harus saling mendukung. Jika nantinya mobil listrik bisa diproduksi massal di tanah air, harga per unit pun bisa ditekan.
ADVERTISEMENT
“Karena kalau kita mau melakukan hal ini, kita harus lakukan bersama kan. Harga kendaraan itu penting,” tuturnya.
Blue Bird Masuk ke Teknologi IoT
Tak hanya menyiapkan armada, Blue Bird juga membangun jaringan teknologi berbasis internet, Internet of Things (IoT), yang nantinya membuat antar-armada saling terkoneksi. Teknologi ini sedang dikembangkan. Dengan teknologi IoT, pergerakan armada bisa direncanakan sedini mungkin sebelum keluar dari pool taksi. Kemudian, perilaku pengguna taksi juga bisa diprediksi.
“Kita bisa tahu persis dengan kebutuhan penumpang. Kan kalau di Blue Bird kan bisa pre-booking, kita link dengan kebutuhan penumpang, kita bisa tahu, jam berapa dibutuhkan kendaraan ini ada di mana,” tambahnya.
Sejumlah petugas berada di samping mobil taksi listrik Bluebird (e-Taxi) di Kantor Pusat Bluebird Group, Mampang Prapatan, Jakarta, Senin (22/4/2019). Foto: Irfan Adi Saputra/kumparan
Alat yang dipasang di armada taksi juga mendukung teknologi 5G. Kehadiran IoT tersebut juga dirancang bisa terintegrasi dengan jaringan smart city pada layanan transportasi publik di Jakarta. Selain pergerakan kendaraan tak menumpuk di titik dan waktu tertentu yang dapat memicu kemacetan, armada taksi juga terkoneksi dengan layanan Transjakarta hingga MRT.
ADVERTISEMENT
“Misalnya taksi dengan Transjakarta bisa saling berhubungan. Karena kan semua link di digital. Jadi that’s IoT about, jadi semuanya data itu masuk ke cloud untuk bisa saling berbicara. Jadi bukan taksi ke taksi aja, tapi juga ke sesama public transport,” tutupnya.