Cerita Eks Kuli Bangunan Raup Omzet Rp 40 Juta per Bulan dari Melukis

29 Juni 2019 9:26 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Wito, salah satu pelukis di pinggir Lapangan Banteng. Foto: Elsa Toruan /kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Wito, salah satu pelukis di pinggir Lapangan Banteng. Foto: Elsa Toruan /kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Jiwa seni memang sudah mengalir dari dalam diri S. Wito, salah satu pelukis jalanan di seberang Kantor Pos Lapangan Banteng. Dia mengaku sudah menjalani profesi ini sejak tahun 1987 lalu. Tak sedikit kendala yang dihadapi hingga akhirnya bisa meraup omzet sekitar Rp 40 juta per bulan.
ADVERTISEMENT
"Kalau dihitung, pendapatan saya kotor berkisar Rp 30 sampai Rp 40 juta lah. Untuk mengembangkan usaha di bidang kesenian zaman saya dulu sangat berat. Kita harus hadapi larangan dari orang tua itu sih yang paling berat," katanya saat ditemui kumparan di kiosnya di Lapangan Banteng, Jakarta, Jumat (28/6).
Wito kemudian bercerita, dulu dia pernah melakoni pekerjaan sebagai sales hingga kuli bangunan. Namun, saat melihat gerombolan pelaku seni yang ada di Malioboro, Yogyakarta, dia tergugah.
"Saat itu saya sadar kalau melukis itu memang panggilan jiwa. Akhirnya di tahun 1987 saya mutusin udah mau hidup dan mati dari melukis saja," kisahnya.
Pelukis yang ada di Lapangan Banteng, Jakarta Pusat. Foto: Elsa Toruan/kumparan
Sejak saat itu, dia menjalani profesi sebagai pelukis kartu ucapan di Pasar Baru, Jakarta. Berbagai kalangan datang untuk memesan kartu ucapan yang dibuatnya. Termasuk sejumlah tokoh penting seperti Tutut Soeharto.
ADVERTISEMENT
Meskipun dia tidak sempat mencicipi bangku kuliah, Wito mengaku tidak pernah berhenti belajar kesenian.
"Saya nyebul di Pasar Baru sambil berjalan ke berbagai kantor-kantor kesenian seperti Taman Ismail Marzuki, Balai Budaya, hingga Galeri Nasional. Saya kan enggak dapat ilmu dari sekolah, akhirnya otodidak sambil nyari ilmu," tuturnya.
Di tahun 1990-an, dia memutuskan beralih ke lukisan biasa karena permintaan kartu ucapan mulai menurun. Dia mulai membuat gambar karikatur para tokoh politik di dalam negeri.
Pelukis yang ada di Lapangan Banteng, Jakarta Pusat. Foto: Elsa Toruan/kumparan
Lukisannya pun banyak diburu bahkan hingga saat ini. Untuk satu lukisan berukuran 40x50, dia mematok harga di kisaran Rp 1 juta hingga Rp 2 juta. Sementara untuk lukisan yang berukuran 70x80 dibanderol seharga Rp 5 juta.
ADVERTISEMENT
"Tergantung ukuran juga harganya. Semakin besar tentu semakin mahal. Namanya karya seni, kita membuatnya juga maksimal. Satu lukisan itu bisa dibuat satu hari hingga dua tahun," tambahnya.
Hingga saat ini, permintaan lukisan buatannya pun masih laris diburu. Tak sedikit juga hasil lukisannya dipesan oleh sejumlah kementerian seperti Kementerian Perhubungan, Kementerian Kelautan dan Perikanan, Sekretariat Negara hingga Kementerian Keuangan.
"Itu kementerian yang memang langganan beli lukisan saya. Kalau butuh lukisan, mereka pasti pesan hampir rutin tiap tahun. Pembeli yang lain dari masyarakat umum biasa juga banyak kayak karyawan kantoran yang mau kasih cinderamata ke teman kantornya yang pensiun. Gitu sih banyakan pembeli lukisan saya," tutupnya.