China Menangkan Perang Dagang dengan AS

22 Januari 2019 12:40 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Donald Trump dan Presiden China Xi Jinping (Foto: Reuters/Damir Sagolj)
zoom-in-whitePerbesar
Donald Trump dan Presiden China Xi Jinping (Foto: Reuters/Damir Sagolj)
ADVERTISEMENT
Laporan neraca perdagangan China menunjukkan hasil mengejutkan. China masih mencatatkan surplus, padahal Negeri Tirai Bambu itu terlibat perang dagang dengan Amerika Serikat (AS) sejak awal Juli 2018. China keluar sebagai pemenang dalam perang dagang tersebut.
ADVERTISEMENT
Ditulis CNBC, surplus perdagangan China terhadap AS sepanjang 2018 mencapai USD 323,32 miliar atau meningkat 17 persen di 2018. Dari surplus neraca perdagangan itu, ekspor ke AS tumbuh 11,3 persen year-on-year (yoy) dan impor dari AS hanya tumbuh 0,7 persen. Rendahnya impor dari AS karena China dinilai mengalihkan pembelian barang dari negara lain.
"Surplus ini tercatat tertinggi sejak 2006," tulis CNBC, Selasa (22/1).
Sementara itu, surplus neraca perdagangan China secara kesuluruhan mencapai USD 351,76 miliar di 2018, yakni dengan rincian ekspor tumbuh 9,9 persen dan impor meningkat 15,8 persen.
Meskipun surplus dengan AS meningkat, namun China mencatatkan penurunan surplus neraca perdagangan secara keseluruhan.
"Secara keseluruhan surplus neraca dagang China terendah sejak 2013, meskipun ekspor tercatat tertinggi sejak 2011," tulis CNBC.
ADVERTISEMENT
Juru Bicara Bea Cukai China Li Kuiwen menilai, pertumbuhan ekspor China pada 2019 bakal menurun karena tingginya ketidakpastian global dan aksi proteksi.
"Faktor eksternal masih rumit dan susah," kata Li.
Perang Dagang Dimulai oleh Trump
Perang dagang pertama kali dikibarkan oleh Presiden AS Donald Trump. Trump ingin menjatuhkan sanki ke China karena membengkaknya defisit perdagangan hingga tudingan China mencuri teknologi dari perusahaan asal AS. Trump mulai menjatuhkan tarif terhadap produk impor asal China pada 5 Juli 2018.
Tak tinggal diam, China pun membalas. Masih belum puas, Trump kembali mengenakan tarif yang terakhir sebesar 10 persen terhadap produk impor asal China pada 17 September 2018 yang bernilai USD 200 miliar.
ADVERTISEMENT
Aksi balasan (tit-for-tat) dari China pun dilakukan dengan mengenakan tarif lebih kecil yakni 5-10 persen untuk produk impor asal AS yang senilai USD 60 miliar.
Angin segar tentang perang dagang sempat bertiup pada awal Desember 2018. AS dan China bersepakat menahan eskalasi perang dagang lanjutan, meskipun belum mencabut pengenaan tarif. Kedua negara menyepakati untuk tidak mengenakan dan menaikkan tarif baru hingga 1 Januari 2019. Konsesi ini diperoleh setelah Presiden AS Donald Trump dan Presiden China Xi Jinping bertemu di sela acara G-20, di Argentina.
Para pemimpin negara saat berfoto di KTT G20 Argentina. (Foto: Dok Setwapres)
zoom-in-whitePerbesar
Para pemimpin negara saat berfoto di KTT G20 Argentina. (Foto: Dok Setwapres)
Ditulis Reuters, Minggu (2/12), Trump akan menahan tarif bea masuk sebesar 10 persen untuk produk impor asal China yang bernilai USD 200 miliar. Hingga akhir 2018, AS tak akan menaikkan tarif sampai 25 persen.
ADVERTISEMENT
"China akan membeli, meskipun belum sepakat, produk pertanian, energi, industri dan berbagai produk dari AS untuk mengurangi angka defisit perdagangan antar-kedua negara," ungkap Trump saat pertemuan dengan Xi Jinping di Argentina.
Dari pertemuan tersebut, China dan AS juga bersepakat melanjutkan pembicaraan utama terkait pemaksaan transfer teknologi, perlindungan kekayaan intelektual, hambatan dagang selain tarif, gangguan cyber dan pencurian cyber. Poin tersebut selama ini dipersoalkan oleh Trump.
Baik Trump dan Xi Jinping sepakat pembicaraan dan pencarian jalan keluar harus dituntaskan dalam waktu 90 hari ke depan. Namun, tarif lanjutan akan dijatuhkan AS bila tak ada titik temu selama masa 'gecatan senjata' ini.