China Sudah Pakai 455 Ribu Bus Listrik, RI Malah Mandeg di Aturan

4 Agustus 2019 9:33 WIB
comment
3
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Halte bus listrik di Xiamen, China Foto: Feby Dwi Sutianto/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Halte bus listrik di Xiamen, China Foto: Feby Dwi Sutianto/kumparan
ADVERTISEMENT
China tercatat sebagai pengguna bus listrik terbesar di dunia. Menurut data Global EV Outlook 2019 dari International Energy Agency (IEA) yang dikutip kumparan, Minggu (4/8), sebanyak 99 persen peredaran dan penggunaan bus listrik global berada di China. Total populasi bus listrik di dunia sepanjang 2018 mencapai 460.000 unit. Di mana, populasi bus listrik di China mencapai 455.400 unit atau bertambah 92.000 bus listrik dari tahun 2017.
ADVERTISEMENT
"Di luar China, ada 900 bus listrik (tahun 2018) teregistrasi di Eropa. Amerika Latin sudah menggunakan bus listrik, yakni 200 unit di Chili dan 40 unit di Ekuador. Ada 300 unit di Amerika Serikat," tulis laporan IEA.
Mendukung operasional angkutan ramah lingkungan ini, China sudah membangun dan menyedian charger khusus bus listrik sebanyak 153.000 unit, meningkat 25 persen dari jumlah di 2017. Sementara total charger 'SPBU Listrik' di dunia mencapai 157.000 unit.
Bus listrik di Xiamen, China Foto: Feby Dwi Sutianto/kumparan
Bahkan di salah satu kota di Tiongkok, 100 persen armada busnya sudah memakai kendaraan listrik. Kota Shenzhen di Provinsi Guangdong, tercatat menjadi kota pertama di dunia yang mengoperasikan 100 persen armada busnya berbahan bakar listrik (e-bus). Sejak akhir 2017, Kota Shenzhen telah mengoperasikan 16.000 unit bus listrik.
ADVERTISEMENT
Ditulis South China Morning Post (SCMP), konsep penggunaan armada bus berbasis energi listrik di Shenzhen dimulai sejak 2013. Untuk mempercepat realisasi 100 persen armada bus harus berbahan bakar listrik, operator di Shenzhen memperoleh subsidi operasional RMB 500.000 (USD 72.150) per unit bus dalam satu tahun. Rinciannya, RMB 400.000 dianggarkan oleh pemerintah pusat dan RMB 100.000 ditanggung oleh Pemerintah Kota Shenzhen.
"Dengan 16.000 unit bus listrik, total biaya subsidi yang ditanggung pemerintah mencapai RMB 8 miliar per tahun. Nilai ini tidak dijumpai di seluruh China," tulis SCMP.
1,97 Juta Mobil Listrik Terjual di 2018
Sebanyak 1,97 juta unit mobil listrik terjual di seluruh dunia sepanjang 2018. Penjualan ini meningkat 68 persen dibandingkan tahun 2017. Mobil listrik di sini masuk ke dalam kategori Battery Electric Cars (BEVs) dan Plug-in Hybrid Electric Cars (PHEVs). Di mana 68 persen penjualan disumbang mobil listrik jenis BEV atau mobil listrik yang memakai baterai.
ADVERTISEMENT
Untuk peta negara pengguna, penjualan mobil listrik terbesar datang dari China, yakni mencapai 1,1 juta unit atau setara 55 persen dari total penjualan mobil listrik dunia sepanjang 2018.
Armada car-sharing banyak memakai mobil listrik. Foto: Feby Dwi Sutianto/kumparan
Di peringkat kedua dan ketiga adalah Eropa dan Amerika Serikat (AS) dengan masing-masing penjualan secara berurutan sebanyak 385.000 unit dan 361.000 unit. Penjualan mobil listrik di Eropa naik 31 persen dan AS meningkat 82 persen sepanjang 2018. Untuk Asia Tenggara, hanya Thailand yang dihitung yakni penjualannya sebesar 200 unit. Indonesia belum masuk ke dalam daftar perhitungan.
Global EV Outlook 2019 juga merilis ada 5,1 juta unit mobil listrik yang telah teregistrasi sepanjang 2018. Jumlah tersebut meningkat 63 persen. Sekali lagi, 45 persen mobil listrik yang beredar di seluruh dunia berada di China. Di China sendiri terdapat 2,3 juta unit mobil listrik yang berizin. Kemudian disusul Eropa sebanyak 1,2 juta unit dan AS sebesar 1,1 juta unit.
ADVERTISEMENT
Indonesia Belum Terbitkan Aturan Mobil Listrik
Peraturan Presiden (Perpres) Mobil Listrik yang dinantikan sejumlah pihak, hingga kini belum kunjung ditandatangani Presiden Joko Widodo. Aturan ini sangat penting untuk pengembangan industri mobil listrik di dalam negeri. Apalagi, mobil ramah lingkungan ini dipercaya mampu mengurai polusi di kota-kota besar Indonesia seperti Jakarta.
Sementara itu, draft Perpres Mobil Listrik sebetulnya sudah diparaf menteri-menteri terkait. Namun, Jokowi mengakui belum meneken Perpres tersebut.
"Belum sampai di meja saya," katanya menjawab pertanyaan wartawan di Stasiun MRT Bundaran HI, Jakarta, Kamis (1/8).
"Kalau sudah sampai di meja saya, pasti saya tandatangani. Pasti," tegasnya menambahkan.
Presiden Joko Widodo menjawab pertanyaan wartawan terkait gempa Banten di halaman Istana Merdeka, Jakarta, Jumat (2/8). Foto: ANTARA FOTO/Puspa Perwitasari
Dalam kesempatan itu, Jokowi juga menyatakan keinginannya agar pengembangan mobil listrik segera dimulai. Dengan begitu, pemerintah juga bisa menyiapkan infrastruktur untuk menunjang program mobil listrik tersebut.
ADVERTISEMENT
"Saya kira ke depan semua negara mengarah ke sana. Semuanya. Enggak polusi, penggunaan bahan bakar non-fosil, arahnya ke sana," kata Jokowi.
Beleid soal mobil listrik ini sudah dibahas sejak 2017 lalu, namun tak kunjung terbit. Kalangan industri otomotif menantikannya, karena akan menjadi acuan arah pengembangan bisnis mereka.
Sebelumnya, Menko Bidang Maritim Luhut Binsar Pandjaitan mengungkapkan, Perpres tersebut akan segera diterbitkan. Ia dan Menteri Keuangan Sri Mulyani sudah membubuhkan paraf, selanjutnya Perpres itu diserahkan ke Presiden Jokowi.
"Kemarin saya teleponan dengan Bu Sri Mulyani, (dia) bilang 'saya udah paraf Pak Luhut', sudah selesai. Jadi dari kami sudah selesai paraf," kata Luhut di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Selasa (23/7).
Kini Perpres mobil listrik tersebut tinggal menunggu tanda tangan Jokowi untuk kemudian diterbitkan. Menurut Luhut, aturan itu bisa terbit dalam hitungan hari.
ADVERTISEMENT
"Tadi sudah selesai Perpres-nya, mungkin hari-hari ke depan ini Presiden tanda tangan," ucapnya.