Curhat Dirut PT Pos: Tak Ada Lagi yang Berkirim Surat

23 November 2018 15:18 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tukang pos menyortir paket kiriman. (Foto: Ardhana Pragota/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Tukang pos menyortir paket kiriman. (Foto: Ardhana Pragota/kumparan)
ADVERTISEMENT
Dahulu surat pernah menjadi andalan untuk media bertukar kabar. Berbagai ekspresi perasaan pun agaknya lebih greget jika disampaikan lewat secarik kertas berisi rangkaian kata hasil tulisan tangan yang dipermanis dengan bubuhan otentik si empunya.
ADVERTISEMENT
Lain ladang lain belalang, zaman sudah kian berkembang menjadikan romantisme surat kian terpinggirkan. Kini, berkirim pesan sudah bisa dilakukan hanya dengan mengaktifkan gadget. Tak perlu lama dan lebih praktis.
Kondisi itu tak dinafikan oleh Direktur Utama PT Pos Indonesia (Persero) Gilarsi Wahyu Setijono. Ia mengatakan, perilaku orang berkirim surat kian mengalami penurunan.
"Bergesernya teknologi, surat jadi tidak relevan. Jasa pengiriman surat mengalami decline, kebutuhan surat menjadi sangat tidak signifikan," katanya di Gedung Pos Ibu Kota, Jakarta, Kamis (22/11).
Bongkar muat barang kantor pos. (Foto: Ardhana Pragota/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Bongkar muat barang kantor pos. (Foto: Ardhana Pragota/kumparan)
Perubahan ini berimbas pada bisnis PT Pos. Utamanya terhitung sejak tahun 2015, bisnis pengiriman surat di PT Pos telah mengalami penurunan drastis hingga 50 persen. "Akan dan pasti semakin tergerus," imbuhnya.
ADVERTISEMENT
Ia melanjutkan, jika pun surat masih ada peminatnya itu bukan untuk urusan pribadi. Namun, lebih kepada perkara bisnis atau baku administratif yang memang masih mengharuskan berbentuk surat.
"Surat-surat yang sifatnya komersial korporat, kayak billing statement dari bank, kemudian kayak asuransi polis itu masih ada tapi semakin kecil," kata dia.
Direktur Utama PT Pos Indonesia Gilarsi Wahyu Setijono. (Foto: Selfy Sandra Momongan/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Direktur Utama PT Pos Indonesia Gilarsi Wahyu Setijono. (Foto: Selfy Sandra Momongan/kumparan)
Sepinya orang berkirim surat, kata dia, juga berdampak bagi pergeseran peran kurir yang selama ini bekerja di PT Pos. Para kurir surat mesti beralih menjadi kurir barang.
"Otomatis kurir surat menjadi kurir barang," ucapnya.
Di kondisi seperti itu, Gilarsi mengaku tak bisa berharap banyak. Ia memaklumi jika perkembangan juga menuntut adanya perubahan. Namun, ia masih optimistis surat tak akan benar-benar mati karena masih ada orang-orang yang menghidupkan surat lewat hobi dan berjejaring, seperti pada komunitas-komunitas berkirim surat yang tersebar secara global.
ADVERTISEMENT
Dari situlah pihaknya menangkap peluang menghidupkan gairah berkirim surat. "Kita masih suka mengadakan diskusi-diskusi dan forum filateli untuk itu," tutupnya.