Dampak Positif dan Negatif bagi RI Akibat Perang Dagang AS-China

19 Juni 2018 18:27 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:08 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Industri tekstil (Foto:  ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra)
zoom-in-whitePerbesar
Industri tekstil (Foto: ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra)
ADVERTISEMENT
Bersitegang antara Amerika Serikat (AS) dan China terkait perang dagang yang dimulai oleh Presiden AS Donald Trump nyatanya bisa membawa dampak negatif dan positif bagi Indonesia. Hal ini dikatakan oleh Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Haryadi Sukamdani.
ADVERTISEMENT
"Negara kita pasti akan terkena imbas negatifnya. Apalagi kita berhubungan baik dengan kedua negara tersebut. Pasti ada dampaknya," katanya saat dihubungi kumparan, Selasa (19/6).
Haryadi menjelaskan, AS memberlakukan tarif impor tinggi bagi negara-negara yang lebih banyak melakukan ekspor dibanding impor dari AS. Karenanya, AS mengambil tindakan tersebut untuk mengatasi defisit negaranya.
"Indonesia sebenarnya juga terkena pengenaan tarif impor tinggi Trump, tapi enggak setinggi China. Makanya enggak terlalu heboh seperti China dan AS," tambahnya.
Dia mengungkapkan, sektor industri yang turut merasakan dampak dari perang dagang AS-China ini salah satunya industri tekstil. Dia mengatakan, saat ini fasilitas Generalised System of Preference (GSP) dari AS terhadap produk tekstil Indonesia sudah dicabut.
ADVERTISEMENT
Donald Trump tengah berpidato. (Foto: Shannon Stapleton/Reuters)
zoom-in-whitePerbesar
Donald Trump tengah berpidato. (Foto: Shannon Stapleton/Reuters)
GSP merupakan salah satu mekanisme perdagangan yang memberikan penurunan tarif bea masuk (BM) dari negara-negara maju kepada negara-negara berkembang dengan menggunakan form A.
"Tentu kita merasakan betul dampaknya. Salah satunya produk tekstil kita ke AS itu GSP nya sudah dicabut. Hal ini membuat harga tekstil di AS tidak bisa bersaing dengan produk tekstil lainnya," ujar dia.
Selain itu, bersitegang antara China dan AS akan membuat kedua negara ini mencari pasar baru untuk mendistribusikan produk yang harusnya di ekspor ke China atau AS.
"China misalnya, dia mengekspor tekstil ke AS, tapi karena ada pengenaan tarif impor yang tinggi ini kan China enggak akan ekspor ke AS lagi, mereka butuh pasar baru. Indonesia bisa jadi salah satu pasar baru sasarannya. Hal ini bisa membuat produk tekstil kita juga kalah saing," katanya.
ADVERTISEMENT
Meski begitu, Haryadi menuturkan, Indonesia bisa merasakan dampak positif dari perang dagang yang terjadi di antara keduanya. Walau hanya sedikit kemungkinannya, dia mengatakan, Indonesia juga bisa mengambil peluang untuk menggantikan beberapa produk yang dibutuhkan kedua negara tersebut.
"China mengenakan tarif impor kedelai mahal, pasti mereka mencari alternatif lain untuk memenuhi kebutuhan minyak nabati dari kedelai. Nah, Indonesia bisa menggantikannya dengan CPO (Crude Palm Oil)," tutupnya.