Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Dear Jokowi, Sekarang Waktu yang Tepat untuk Buyback Indosat
2 Desember 2018 15:18 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:04 WIB
ADVERTISEMENT
Joko Widodo (Jokowi) saat masa kampanye pemilihan presiden tahun 2014, melempar janji untuk melakukan pembelian kembali (buyback) saham PT Indosat Tbk (ISAT). Saham milik negara di perusahaan telekomunikasi itu, dijual pemerintah ke Sengapore Technologies Telemedia (STT) pada 2002 silam.
ADVERTISEMENT
Dalam suatu sesi debat Pilpres 2014, Jokowi ingin agar satelit di Indonesia dioperasikan dan dikendalikan langsung oleh perusahaan telekomunikasi yang mayoritas dimiliki negara.
Bila telah dilakukan buyback, kata Jokowi saat itu, Indonesia dapat mengoperasikan pesawat tanpa awak dengan satelit sendiri dan bukan satelit yang dipinjam dari negara lain.
"Ke depan, kuncinya satu, kita buyback, ambil alih kembali saham Indosat," ujar Jokowi dalam debat capres putaran ketiga di Hotel Holiday Inn, Kemayoran, Jakarta Pusat, Minggu (22/6/2014).
Saham mayoritas ISAT dijual saat era Presiden Megawati Soekarnoputri dan Menteri BUMN masih dijabat oleh Laksamana Sukardi.
Jokowi mengatakan, dalam perjanjian jual beli saat pemerintahan Megawati Soekarnoputri pada 2002, terdapat klausul bahwa saham dapat dibeli kembali oleh Pemerintah Indonesia.
Setelah dilantik menjadi presiden, realisasi buyback Indosat belum terwujud hingga hari ini. Namun, analis pasar modal menilai saat ini adalah momen yang tepat untuk melakukan aksi buyback ISAT. Alasannya, saham Indosat berada pada level terendahnya dalam 5 tahun. Saham ISAT ditutup di angka Rp 1.985 pada Jumat (30/11).
ADVERTISEMENT
Analis dari Asosiasi Analis Efek Indonesia (AAEI) Reza Priyambada menilai secara teori, sekarang adalah momen yang tepat untuk buyback.
"Memang seperti itu, harga rendah time to buy," kata Reza kepada kumparan, Minggu (2/12).
Namun, Reza menekankan bila buyback saham ISAT juga harus mempertimbangkan faktor lain. Dari sisi makroekonomi, kondisi saat ini sedang terjadi perlambatan ekonomi, begitu pula di industri telekomunikasi. Perusahaan telekonomunikasi di bursa sedang mengalami penurunan kinerja keuangan, bahkan mayoritas merugi.
"Tapi realitanya enggak seperti itu. Banyak faktor, terutama masalah sentimen, baik dari internal maupun secara sektoral. Belum lagi masalah makroekonomi," tambahnya.
Kevin Wijaya, analis saham dari BNI Sekuritas, memiliki pandangan serupa denga Reza. Melihat harga saat ini, buyback memungkinkan untuk dilakukan. Namun, bila mempertimbangkan faktor lain, buyback belum bisa dilakukan dalam waktu dekat. Kondisi fundamental ISAT dalam posisi kurang sehat, yakni masih memiliki kinerja keuangan negatif.
ADVERTISEMENT
Pertimbangan lain, pemilik saham mayoritas dipandang tak ingin melepas ISAT dalam posisi rugi dan harga saham masih terlalu rendah.
"Karena menurut saya, belum belum waktu dekat, estimasi saya, tampaknya Ooredoo belum bersedia melepas," sebutnya.
Bila pemerintah ingin melanjutkan rencana buyback, ia menyarankan agar mempertimbangkan aspek pertumbuhan industri ke depan. Bila diamati, industri telekomunikasi di Indonesia sedang mengalami tren penurunan kinerja keuangan.
"Kalau mau buyback, harus lihat potesi ke depan dan juga harus dilihat kompetisi. Kalau mau buyback, berarti mau dapat capital gain ke depan. Indosat saat ini masih sulit dalam berkompetisi dibandingkan perusahaan lain," tutupnya.
Saham Terendah dalam 5 Tahun
Pada penutupan perdagangan pekan ini, Jumat (30/11), saham Indosat ditutup pada angka Rp 1.985 atau turun 45 poin (2,22 persen). Harga saham Indosat pada penutupan Jumat kemarin, merupakan posisi terendah dalam 5 tahun terakhir. Harga saham emiten berkode ISAT ini pernah berada posisi tertingginya di Rp 7.500.
PT Indosat Tbk (ISAT) mengalami kerugian sebesar Rp 1,53 triliun selama periode Januari-September 2018. Mengutip laporan keuangan perusahaan pada kuartal III-2018, kinerja Indosat menurun drastis dibandingkan periode sama di 2017 yang untung Rp 1,09 triliun.
ADVERTISEMENT
Kerugian ISAT hingga kuartal III didorong oleh turunnya pendapatan, yakni dari Rp 22,565 triliun di 2017 menjadi Rp 16,76 triliun di 2018. Pada kuartal III-2018, pendapatan Indosat disumbang oleh sektor selular sebesar Rp 13,17 triliun, MIDI (Multimedia, Komunikasi Data, Internet) sebesar Rp 3,02 triliun dan telekomunikasi tetap sebesar Rp 568,58 miliar.
Saat ini, komposisi kepemilikan saham di ISAT adalah Ooredoo Asia Pte. Ltd sebesar 65 persen, Pemerintah Indonesia sebesar 14,29 persen dan Publik 20,71 persen.