Dibangun di 2020, Kereta Semi Cepat Jakarta-Surabaya Selesai 2025

24 September 2019 20:11 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kereta Alstom Euroduplex di Jepang Foto: Wikimedia Commons
zoom-in-whitePerbesar
Kereta Alstom Euroduplex di Jepang Foto: Wikimedia Commons
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Pemerintah memastikan Jepang yang akan mengerjakan proyek‎ Kereta Semi Cepat Jakarta-Surabaya. Hal itu ditegaskan dalam summary record proyek tersebut yang ditandatangani hari ini.
ADVERTISEMENT
Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi menjelaskan, saat ini Jepang tengah melakukan uji kelaikan atau feasibility study (fs) yang ditargetkan selesai 2020. Sementara langkah selanjutnya adalah pembebasan tanah.
"Proyek ini akan dimulai pada 2022‎ karena membutuhkan pembebasan tanah. 2024 bisa beroperasi sampai Cirebon, 2025 bisa sampai Surabaya single line," bebernya saat ditemui di Hotel Pullman, Jakarta, Selasa (24/9).
Berdasarkan summary record yang ditandatangani, kecepatan maksimum kereta semi cepat Jakarta-Surabaya it‎u dipatok 160 km per jam dengan target waktu tempuh Jakarta-Surabaya hanya 5,5 jam. Kereta itu akan bermesin Diesel Electric Multiple Unit (DEMU).
"Proyek ini sendiri kita harapkan Jakarta-Surabaya jadi 5,5 jam, artinya akan berkurang 3,5 jam. Bisa jadi alternatif dan bisa bersaing dengan moda lain," kata Budi Karya.
Kereta E5 Series Shinkansen Hayabusa di Jepang Foto: Wikimedia Commons
Saat disinggung mengenai investasi proyek itu, menurut dia, semula dipatok di angka Rp 60 triliun. Namun angka pasti nilai proyek yang akan berskema Kerja sama Pemerintah dengan Badan Usaha (KPBU)‎ baru ditentukan dalam fs.
ADVERTISEMENT
Sementara itu, Direktur Lalu Lintas dan Angkutan Kereta Api Kemenhub Danto Restyawan berharap, konsultan Jepang yang tengah melakukan studi agar pada Mei 2020 melaporkan hasil kajian sementara sebagai landasan mengambil keputusan.
"Dengan adanya hasil kajian sementara sampai dengan Mei 2020, pemerintah Indonesia berharap dapat memperoleh gambaran yang lebih obyektif dan komprehensif untuk pengambilan keputusan, baik secara teknis, skema pembiayaan proyek, maupun kebijakan operasional," katanya.