Dirut INKA Beri Penjelasan Soal Mogoknya LRT Palembang

16 Agustus 2018 12:18 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:06 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Suasana Hari Pertama LRT Palembang Resmi Beroperasi (Foto: Pranamya Dewati/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Suasana Hari Pertama LRT Palembang Resmi Beroperasi (Foto: Pranamya Dewati/kumparan)
ADVERTISEMENT
Kereta ringan atau Light Rail Transit (LRT) Palembang mengalami berhenti mendadak atau mogok pada Minggu (5/8) lalu. Ada masalah teknis yang bikin LRT Palembang mogok.
ADVERTISEMENT
Direktur Utama PT Industri Kereta Api (Persero) Budi Noviantoro menjelaskan mogoknya LRT Palembang disebabkan karena ada kabel yang terkelupas atau putus. Kabel ini sangat penting karena menyalurkan energi listrik sebagai sumber gerak kereta melalui Current Collector Device (CCD). Sehingga dengan putusnya kabel tersebut maka sensor monitoring trip control LRT otomatis terkunci dan kereta pun berhenti.
"Kalau bermasalah langsung ngelock," jelas Budi saat berkunjung ke Kantor kumparan, Rabu sore (15/8).
Kemudian, teknisi langsung turun tangan untuk segera memperbaiki LRT Palembang yang mengalami masalah putus kabel. Untuk itu, listrik yang mengalir di sepanjang rute LRT Palembang dimatikan. Hal ini memberikan dampak pada perjalanan LRT Palembang lainnya yang juga berhenti.
Direktur Utama PT INKA (Persero), Budi Noviantoro saat berkunjung ke kumparan, Jakarta, Rabu (15/8/2018). (Foto: Aditia Noviansyah/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Direktur Utama PT INKA (Persero), Budi Noviantoro saat berkunjung ke kumparan, Jakarta, Rabu (15/8/2018). (Foto: Aditia Noviansyah/kumparan)
Mengapa listrik harus dimatikan? sebagai catatan, sistem kelistrikan LRT dengan KRL Commuter Line Jabodetabek sedikit berbeda. LRT Palembang menggunakan sistem kelistrikan aliran bawah rel atau third rail sedangkan KRL Commuter Line menggunakan listrik aliran atas (LAA).
ADVERTISEMENT
Mau tidak mau teknisi yang bertugas memperbaiki kereta harus turun ke bawah. Sehingga listrik yang biasa mengalir di bawah rel harus dimatikan untuk memberikan rasa aman bagi para teknisi dan evakuasi penumpang.
"Ini karena thrid rail listrik harus dimatikan sehingga kereta lain akan berhenti. Ini teknologi baru yang suka tidak suka harus diterima," imbuhnya.
Budi menjelaskan dengan sistem third rail maka keamanan LRT Palembang tidak perlu diragukan lagi. Third rail memang sistem baru dalam perkeretaapian di Indonesia
"LRT yang kita bangun merupakan yang pertama dibuat INKA mulai dari desain dan assembling. LRT ini juga yang pertama kali di Indonesia karena menggunakan tenaga listrik thrid rail," jelasnnya.
Direktur Utama PT INKA (Persero), Budi Noviantoro saat berkunjung ke kumparan, Jakarta, Rabu (15/8/2018). (Foto: Aditia Noviansyah/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Direktur Utama PT INKA (Persero), Budi Noviantoro saat berkunjung ke kumparan, Jakarta, Rabu (15/8/2018). (Foto: Aditia Noviansyah/kumparan)
INKA merupakan produsen tunggal kereta LRT Palembang. Kontrak pengadaan kereta LRT yang dipesan PT Waskita Karya (Persero) Tbk kepada produsen kereta asal Madiun tersebut mencapai 8 trainset atau 24 gerbong. Total, proyek LRT Palembang menghabiskan dana sekitar Rp 388 miliar.
ADVERTISEMENT
INKA mengklaim 45 persen komponen di dalam LRT Palembang buatan lokal seperti AC. Sedangkan 55 persen komponen LRT masih harus diimpor dari luar negeri seperti sistem propulsi (propulsion system) yaitu alat kontrol, pengereman, dan roda. Untuk komponen pengereman, semua bahan didatangkan dari Eropa. Sementara itu untuk car body sekaligus mesin LRT diimpor langsung dari China. Mesin yang digunakan untuk mengekstrusi car body berbahan aluminium.
Sejak awal dioperasikan tanggal 23 Juli 2018 sampai tanggal 13 Agustus 2018, 4 trainset LRT Palembang telah mengangkut 100.938 penumpang. Rata-rata LRT Palembang mampu mengangkut hampir 3.000 penumpang.