Ekonom Komentari Pidato Game of Throne Jokowi

13 Oktober 2018 15:16 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Meme Jokowi oleh HBO Asia. (Foto: twitter.com/HBOAsia)
zoom-in-whitePerbesar
Meme Jokowi oleh HBO Asia. (Foto: twitter.com/HBOAsia)
ADVERTISEMENT
Presiden Joko Widodo meminjam kutipan 'Winter is Coming' dalam serial tv Game of Thrones saat memberikan sambutan Opening Plenary Pertemuan Tahunan IMF-World Bank di Nusa Dua Convention Centre Bali, kemarin. Yang dimaksud Jokowi 'Winter is Coming' adalah dunia akan hancur jika perang dagang tidak segera diatasi. Dunia harus bersatu dan bekerja sama untuk menyelesaikan masalah perang dagang AS dengan China yang akan berdampak kepada seluruh negara, tak terkecuali Indonesia.
ADVERTISEMENT
Menanggapi hal itu, Ekonom Universitas Indonesia Fithra Faisal Warnika sepakat dengan pidato presiden. Menurutnya, dalam konteks perang dagang antara AS dan China jika terus berlangsung akan memperburuk kondisi ekonomi global.
"Artinya, ini sangat buruk sekali buat pelaku ekonomi atau buat negara dalam konteks global. Sementara Trump (presiden AS) dengan kebijakan yang sangat inliteral artinya ingin memaksakan itu, dalam konteks memenuhi janji-janji konsituennya. Jadi, semuanya menderita dalam perang ini," katanya dalam diskusi publik bertema 'BMM dan Situasi Kita' di Warung Daun, Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu (13/10).
Diskusi Polemik dengan tema BBM dan Situasi Kita di Warung Daun, Cikini, Jakarta Pusat (13/10). (Foto: Rafiq/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Diskusi Polemik dengan tema BBM dan Situasi Kita di Warung Daun, Cikini, Jakarta Pusat (13/10). (Foto: Rafiq/kumparan)
Selain itu, Fithra menambahkan, yang paling terdampak dari perang dagang AS dan China adalah negara-negara di Asia, termasuk Indonesia.
"Yang paling menderita emerging market yang sangat mengandalkan perdagangan internasional. Pak Jokowi mengatakan, kita bakal menghadapi potensi besar, potensi besar itu ya krisis," lanjutnya.
ADVERTISEMENT
Menurutnya, potensi krisis ini seperti rupiah yang terus tertekan terhadap dolar AS. Belum lagi permasalahan seperti Current Account Deficit (CAD) atau defisit transaksi berjalan yang semakin melebar.
Sayangnya, kata Fithra, indahnya pesan moral yang disampaikan Jokowi lewat 'Winter is Coming' tersebut 'ternodai' dengan sikap plin-plan Jokowi dalam menentukan kebijakan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) yang sempat menjadi polemik.
"Pertemuan IMF seharusnya memberikan sentimen positif karena selama ini yang sangat berpengaruh terhadap rupiah adalah faktor ekspektasi dan sinyal-sinyal negatif terhadap perekonomian Indonesia. Dengan adanya IMF-WB, sepertinya memberikan sinyal positif. Tapi, ada noda hitamnya yang terjadi kemarin sehingga membuat investor wait and see karena adanya miss-koordinasi kebijakan," pungkasnya.