Ekonom: Masih Ada Ruang Rupiah untuk Menguat

24 Juli 2018 13:35 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:07 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi mata uang Indonesia, Rupiah. (Foto: Reuters/Thomas White)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi mata uang Indonesia, Rupiah. (Foto: Reuters/Thomas White)
ADVERTISEMENT
Tren melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) masih terus berlanjut. Mengutip data perdagangan Reuters, Selasa (24/7), di pasar valuta asing, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS berada di level Rp 15.540. Posisi dolar AS hari ini merupakan yang tertinggi sepanjang tahun 2018.
ADVERTISEMENT
Ekonom Universitas Gadjah Mada (UGM) Tony Prasetiantono mengatakan pelemahan tersebut sejatinya telah melewati batas fundamental.
“Ya jujur saja Rp 14.400 sudah di bawah, di luar ekspektasi dan fundamental. Kalau berkaca dari pertumbuhan ekonomi, inflasi, devisa, tidak layak rupiah itu Rp 14.400,” ungkap Tony saat ditemui di Gedung Bursa Efek Indonesia, Kawasan Sudirman, Selasa (24/7).
Sehingga jika pelemahan rupiah masih terjadi saat ini Tony mengindikasikan adanya persepsi yang kurang tepat terhadap rupiah. Tony menjelaskan persepsi terhadap rupiah tersebut juga dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu kenaikan suku bunga AS, dampak perang dagang Amerika AS-China hingga kenaikan harga minyak mentah dunia.
Ilustrasi menghitung mata uang Rupiah. (Foto: AFP/Adek Berry)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi menghitung mata uang Rupiah. (Foto: AFP/Adek Berry)
“Itu memberikan persepsi negatif ke rupiah. Rupiah terdepresiasi lebih besar cenderung lebih besar daripada emerging market yang lain,” ujarnya.
ADVERTISEMENT
Meski demikian Tony menyatakan bahwa pelemahan rupiah saat ini berbeda dengan kondisi saat krisis moneter (krismon) tahun 1998. Tony menegaskan bahwa kondisi tersebut tidak seburuk pada saat krismon 1998.
“Jadi harap dibedakan. Orang jangan membandingkan Rp 14.400 mirip tahun 1998 di Rp 15.000. Enggak mirip. Karena 1998 loncat, free fall. Dari Rp 2.300 ke Rp 15.000,” terangnya.
Tony optimistis masih ada peluang agar rupiah kembali menguat. Kondisi fundamental perekonomian Indonesia saat ini dianggap masih cukup stabil.
“Yang sesuai fundamental Rp 13.700 sampai Rp 14.000. Masih ada room untuk menguat,” tandasnya.