Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
ADVERTISEMENT
Pemikiran susah mendapatkan pekerjaan terkadang muncul dalam benak para fresh graduate. Melamar ke sana ke mari, namun belum ada juga yang pas dengan ekspektasi.
ADVERTISEMENT
Tahukah kamu, menurut Guru Besar Universitas Indonesia, Rhenald Kasali, ekspektasi sebenarnya menjadi salah satu faktor susah mendapatkan pekerjaan. Sebab, dengan ekspektasi yang tinggi, milenial tanpa sadar membuat benteng bagi semua kesempatan kerja.
"Tantang pertama itu adalah dia ekspektasi berlebih karena membanding-membandingkan dirinya dengan temannya yang paling berhasil. Temannya yang dapat penghasilan paling tinggi," kata Rhenald kepada kumparan, Senin (22/4).
Dia mencontohkan, seorang milenial memiliki teman yang bergaji Rp 7 juta per bulan di awal bekerja. Gaji temannya itu kemudian menjadi sebuah standar.
Menurut Rhenald, sikap dan pemahaman milenial seperti itu adalah salah. Sebaiknya, fresh graduate jangan mematok sebuah angka.
"Jadi seringkali orang itu membanding-membandingkan, belum berkontribusi, sudah memberi angka. Itu tidak boleh," kata dia.
ADVERTISEMENT
Setiap orang, menurutnya memiliki penghasilan pertama dalam bekerja yang berbeda. Namun, bukan berarti kondisi itu akan bertahan selamanya.
Rhenald menjelaskan seorang yang di awal karier hanya bergaji Rp 2 juta tak menutup kemungkinan bisa menyalip yang bergaji Rp 7 juta. Kuncinya adalah ketekunan dan gigih dalam bekerja.
"Kalau yang bergaji Rp 2 juta ini kerja benar, hasilnya jangan-jangan Rp 2 juta ini dalam waktu dekat bisa jadi Rp 10 juta. Jangan-jangan yang Rp 7 juta tetap di situ," jelasnya.