Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
ADVERTISEMENT
Calon wakil presiden nomor urut 02, Sandiaga Uno, menyebut sejumlah nama emak-emak dalam Debat Final Pilpres. Nama-nama itu muncul saat Sandi menyinggung persoalan ekonomi makro, yaitu pertumbuhan ekonomi dan defisit neraca perdagangan.
ADVERTISEMENT
Adapun nama emak-emak itu adalah Mia hingga Nurjanah. Ibu Mia disebut saat Sandi memaparkan defisit neraca perdagangan.
Salah satu solusi Sandi untuk menekan defisit neraca perdagangan yakni dengan penggunaan biofuel. "Untuk energi kita bangun biofuel. Kita ada 10 juta hektare lahan rusak, kita bangun," ujar Sandi dalam debat capres-cawapres di Hotel Sultan, Jakarta, Sabtu (13/4).
Ia kemudian menuturkan, seorang ibu bernama Mia mengeluhkan mahalnya kenaikan tagihan listrik hingga harga bahan kebutuhan pokok ketika ia temui ketika kampanye di Tegal.
"Ibu Mia di Tegal mengeluh tagihan listriknya tadinya Rp 300-400 ribu sekarang di atas Rp 1 juta. Ini yang harus kita selesaikan," ujarnya.
Adapun Ibu Nurjanah disebut saat Sandi menyinggung tentang pertumbuhan ekonomi Indonesia yang hanya 5 persen sebagai jebakan. Sandi mencontohkan, jebakan ekonomi 5 persen dengan apa yang dialami salah satu warga yang dia temui saat kampanye di Langkat, Sumatera Utara. Menurutnya, seorang ibu bernama Nurjanah, warungnya sepi pengunjung dan pembeli.
ADVERTISEMENT
"Ekonomi sekarang belum dirasakan masyarakat, karena lapangan kerja belum tercipta, pertumbuhan 5 persen yang sekarang, kita sebut sebagai jebakan 5 persen, dikeluhkan oleh Ibu Nurjanah di Langkat, Sumut," kata dia.
Berkenaan itu, Jokowi lantas menanggapi. Menurutnya, penggunaan biofuel telah didorong oleh pemerintah saat ini, yakni melalui program mandatori biodiesel 20 persen (B20) dan nantinya akan dinaikan menjadi B100.
Ia kemudian mengatakan persoalan ekonomi makro seperti penanganan defisit neraca perdagangan tak bisa disederhanakan hanya konsensus pada segelintir orang. Dalam hal ini, hanya 2 emak-emak.
"Cara-cara ini sudah kita mulai, kita lakukan (penggunaan biofuel), tapi sekali lagi ini ekonomi makro, bukan ekonomi mikro yang sekali bangun langsung jadi. Enggak bisa juga seperti Bapak sampaikan, ibu ini ibu ini. Ini mengelola ekonomi makro, agregat produksi itu bukan hanya orang per orang dijadikan patokan, tidak bisa," kata Jokowi.
ADVERTISEMENT
Menurut dia, untuk menyelesaikan suatu persoalan ekonomi makro perlu melihat dari sisi suplai dan permintaan, serta data yang kuat. Jokowi bilang, tak mungkin membuat suatu kebijakan hanya dari keluhan satu hingga tiga orang saja.
"Secara garis besar seperti apa betul-betul pakai angka-angka yang didasarkan data-data, survei-survei. Tidak mungkin kita melakukan kebijakan hanya berdasarkan 1-2 atau 3 orang yang menyampaikan keluhan kepada Bapak dan itu sering Bapak sampaikan sebagai contoh secara terus-menerus. Saya kira kalau ekonomi makro tidak bisa seperti itu," ucap dia.
Jokowi melanjutkan, harus dipahami bahwa dalam mengelola negara, dibutuhkan pendekatan yang berbeda. Artinya, data-data harus berdasarkan survei di lapangan, tidak hanya berdasarkan keluhan saja.
"Ini ekonomi negara, jadi sangat berbeda. Kita harus ngerti. Dari sisi supply, dari sisi demand secara garis besar seperti apa harus pakai angka-angka yang didasarkan data-data survei," kata Jokowi.
ADVERTISEMENT
Sandi meminta maaf apabila Jokowi tidak berkenan ia menyebut nama Ibu-ibu yang ditemui saat berkampanye di lebih 1.500 titik. Seperti Ibu Mia di Tegal, Jawa Tengah, yang mengeluhkan soal harga listrik dan Ibu Nurjanah dari Langkat, Sumut, yang mengeluhkan warungnya yang sepi.
Namun menurut Sandi, keluhan 2 ibu itu merupakan fakta yang ada.
"Saya minta maaf ke Pak Presiden Jokowi karena nama-nama seperti Ibu Mia dan Ibu Nurjanah adalah yang saya temui bahwa ibu-ibu kita mengeluh bahwa harga-harga bahan pokok mahal dan ini merupakan fakta," kata Sandi.
Sandi menambahkan, angka-angka pemerintah soal ekonomi mungkin baik-baik saja. Akan tetapi berdasarkan kampanyenya di daerah, angka-angka tersebut tidak sesuai kenyataan.
ADVERTISEMENT
"Mungkin di atas kertas di atas meja yang kita terima angka-angkanya baik-baik saja. Masyarakat ingin perubahan ekonomi, seandainya ekonomi digarap dengan baik tidak mungkin masyarakat mengeluh," tutupnya.