Era Suku Bunga Tinggi, Perbankan Domestik Dituntut Lakukan Efisiensi

28 Agustus 2018 18:29 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Banner Bank Indonesia (Foto: Reuters)
zoom-in-whitePerbesar
Banner Bank Indonesia (Foto: Reuters)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Daya tahan industri perbankan dalam negeri terus diuji selama tahun ini, seiring dengan kenaikan suku bunga acuan bank sentral AS atau Fed Fund Rate (FFR) maupun suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) atau BI 7 Day Repo Rate.
ADVERTISEMENT
Adapun suku bunga acuan BI selama Agustus ini sebesar 5,5 persen, meningkat 25 basis poin dari bulan sebelumnya. Sementara itu, FFR juga diperkirakan akan kembali naik pada September dan Desember mendatang.
Kenaikan suku bunga acuan tersebut turut memberikan tekanan pada bisnis perbankan, utamanya dari sisi dana pihak ketiga (DPK) yakni berupa tabungan, deposito, dan giro, maupun kredit, serta rasio kredit bermasalah atau non performing loan (NPL).
Direktur PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk, Mahlan Prabantarikso, mengatakan perbankan harus mampu menyiasati dan menyiapkan strategi bisnis di tengah tren kenaikan suku bunga acuan. Salah satunya dengan meningkatkan dana murah dan meningkatan efisiensi operasional.
Dana murah yakni perbankan memberikan bunga simpanan dalam persentase yang rendah. Adapun yang masuk dalam golongan ini adalah giro dan tabungan.
ADVERTISEMENT
“Era suku bunga tinggi mendorong bank untuk meningkatkan efisiensi sekaligus governance agar tetap dapat mencetak keuntungan,” kata Mahlan pada diskusi Daya Tahan Perbankan Makin Rentan di Era Suku Bunga Tinggi, Selasa (28/8).
Bank BTN  (Foto: Aditia Noviansyah/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Bank BTN (Foto: Aditia Noviansyah/kumparan)
Dia menilai suku bunga kredit perbankan yang saat ini rata-rata mencapai 10 persen juga dapat menaikkan biaya produksi perusahaan. Hal ini berakibat pada penurunan daya saing produk lokal di perdagangan international.
"Tingginya suku bunga kredit membuat biaya pendanaan usaha juga meningkat. Sementara suku bunga kredit yang ada saat ini sudah relatif tinggi dibandingkan dengan negara-negara lainnya," katanya.
Hingga akhir Juni 2018, pertumbuhan DPK perbankan baru mencapai 6,99 persen, masih jauh dari target yang ditetapkan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) yang mencapai 14 persen hingga akhir tahun ini.
ADVERTISEMENT
Sementara itu, rata-rata pertumbuhan kredit perbankan per Juni 2018 mencapai 10,75 persen, meningkat dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar 7,6 persen.