ESDM: 52 Persen Pembangkit Listrik di Program 35.000 MW Nyala di 2019

29 November 2018 21:27 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pekerja memasang jaringan kabel ke tower milik PT PLN Persero yang akan dialiri listrik dari PLTU IPP 3 Kendari. (Foto: ANTARA FOTO/Jojon)
zoom-in-whitePerbesar
Pekerja memasang jaringan kabel ke tower milik PT PLN Persero yang akan dialiri listrik dari PLTU IPP 3 Kendari. (Foto: ANTARA FOTO/Jojon)
ADVERTISEMENT
Kementerian ESDM menyatakan akan banyak pembangkit listrik yang akan terbangun di tahun depan. Dari program 35.000 Megawatt (MW) yang dijalankan sejak 2015, 52 persen pembangkit mulai beroperasi pada 2019.
ADVERTISEMENT
Dirjen Ketenagalistrikan Kementerian ESDM, Andy Sommeng, mengungkapkan bahwa 52 persen pembangkit yang bakal terbangun itu jumlahnya setara 15.000 - 17.000 MW di seluruh Indonesia. Dia menjamin semua pembangkit itu menyala dan listriknya bisa dinikmati masyarakat.
"52 persen pasnya. Jadi sudah berapa tuh? Jadi akhir tahun 2019 diharapkan sudah 15.000 - 17.000 (MW) nyala semua," kata Andy usai Rapat Dengar Pendapat dengan PT PLN (Persero) dan Komisi VII DPR RI, Jakarta, Kamis (29/11).
Pasukan siaga PLN TJBB sedang melakukan tugasnya. (Foto: Iqbal Firdaus/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Pasukan siaga PLN TJBB sedang melakukan tugasnya. (Foto: Iqbal Firdaus/kumparan)
Untuk saat ini, kata dia, hingga akhir Oktober 2018 proyek pembangkit yang menyala baru mencapai 7-8 persen. Pembangunan pembangkit listrik sendiri tidak bisa dikerjakan secara cepat. Rata-rata pembangunan memakan waktu hampir 3 tahun.
Salah satu pembangkit besar dari batu bara saja (PLTU) dengan kapasitas 600 MW membutuhkan waktu paling cepat 2 tahun untuk membangunnya. Pembangkit yang paling cepat pembangunannya itu, kata Andy adalah pembangkit menggunakan gas yang bisa dikerjakan 10 bulan saja.
ADVERTISEMENT
"Dari 35.000 MW, kan ada yang masih perencanaan, ada pengadaan, ada pembangunan konstruksi, ada yang masuk COD atau sudah menyala. Sampai Oktober yang sudah menyala itu mendekati 7-8 persen karena pembangunan lebih cepat," ucapnya.